Nasib Karier Katy Perry usai Isu Hina Taylor Swift dan Britney Spears

Nugraha - detikPop
Rabu, 05 Jun 2024 14:09 WIB
Foto: WireImage/Lester Cohen/AMA2011
Jakarta -

Katy Perry jadi pengisi acara pre-wedding orang terkaya Asia. Bayarannya besar, tapi... balik ke awal karier Katy Perry aja, yuk!

Sejak 2008, Katy Perry mendominasi tangga lagu musik pop. Katy Perry debut dengan One of the Boys, yang kasih kamu hits kayak I Kissed a Girl dan Hot N Cold. Dua lagu yang membawanya pada era kesuksesan.

Teenage Dream yang rilis 2010 bikin sejarah dengan lima hits yang berada di nomor satu tangga lagu, sebuah kesuksesan yang hanya dicapai oleh Michael Jackson dengan album Thriller pada 1982.

Album berikutnya Prism, juga sukses besar dengan dua single yang jadi andalan yaitu Roar dan Dark Horse. Di era itu, dia juga bikin rekor dengan menjadi pengisi Super Bowl paling banyak ditonton sepanjang masa.

Tapi setelah itu, muncul lubang kecil dalam karier Katy Perry. Karier musiknya stagnan.

Setiap bintang pop mengadopsi kisah mereka ke dalam karyanya. Para musisi itu berevolusi agar tetap menarik, bahkan jadi jalan wajib biar tetap relevan.

Katy Perry sejauh ini masih menggantungkan karier pada aksi panggung dan lirik yang ternyata kurang punya kontribusi pada relevansi. Meski sukses besar, nyatanya album Prism di luar Roar dan Dark Horse, dianggap berat banget. Tapi, tuntutan karier itu harusnya bisa dikejar oleh Katy Perry dengan gampang.

Ada beberapa keputusan yang dianggap jadi awal mula lubang dalam karier Katy Perry semakin menganga. Pada ramai-ramai pemilu 2016, Katy Perry terang-terangan jadi pendukung calon presiden Hillary Clinton.

Banyak rekan di industri mendukung Clinton, tapi mereka memilih tetap diam selama pemilu. Katy Perry beda, dia bahkan membawakan single Rise di Konvensi Nasional Partai Demokrat, dan itu adalah salah satu single pertamanya yang punya kinerja buruk.

Setelah Clinton kalah dalam pemilihan, Perry mengumumkan single comeback-nya Chained to the Rhythm dalam album barunya Witness, yang disebutnya bakal bermuatan politik. Chained to the Rhythm diterima dengan baik.

Tapi penampilan hingga perilaku Perry, ditambah faktor-faktor lain jadi penyebab publik berpaling selama era Witness. Lagu Bon Appetit yang bahas tentang seks dikritik keras karena menampilkan grup rap homofobik Migos. Yang paling gak sedap tentu aja di lagu Swish Swish yang dianggap menghina Taylor Swift.

Bahkan, saat promosi album Witness, dia juga mengolok-olok gangguan mental Britney Spears yang memicu kemarahan penggemar pop.

Kata-kata kayak purposeful pop dan wokeness yang diserukan Perry pun dianggap gak otentik. Aktivisme politik yang digaungkan bahkan dianggap publik hanya domplengan buat mempromosikan musik barunya.

Witness gak memperoleh kesuksesan seperti album pendahulunya. Meski Katy Perry masih terlibat dalam musik sebagai juri American Idol, bersama Luke Bryan dan Lionel Richie. Tapi auranya gak lagi kayak bintang pop, dia semacam tokoh populer aja.

Dia juga makin sibuk dengan kehidupan pribadinya, hingga melahirkan anak pertama pada 2020. Tepat setelah melahirkan, penyanyi tersebut merilis album lain sebagai penghormatan kepada anaknya, berjudul Smile. Album yang juga gak mendapatkan hasil luar biasa di tangga lagu. Meski Smile juga mengawali langkah barunya dalam pertunjukan live di Resorts World Theatre Las Vegas bertajuk Play.

Awalnya dia bikin delapan konser sejak Desember 2021. Tapi permintaan cukup banyak hingga dibuatkan beberapa pertunjukkan lain hingga 2024. Menurut Billboard, konser residensi ini menghasilkan USD 46,4 juta, menjadi pertunjukan wanita terlaris ke-8 dalam sejarah Las Vegas.



Simak Video "Video: Hujan Kritik di Perjalanan Luar Angkasa Katy Perry Cs"

(nu2/dar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork