Kate Winslet ungkap Trauma Pasca-Titanic: Disadap-Sampah Dibongkar
Kate Winslet, pemeran Rose DeWitt Bukater dalam mahakarya Titanic (1997), baru-baru ini membuka kembali memori kelam tentang bagaimana popularitas instan menghancurkan rasa amannya dan membuatnya hidup dalam ketakutan yang luar biasa.
Dalam wawancara terbaru di program Desert Island Discs BBC Radio 4, via ScreenRant pada 22 Desember, aktris peraih Oscar ini mengungkapkan bahwa masa-masa setelah perilisan Titanic adalah periode yang "mengerikan" karena privasinya dieksploitasi secara brutal oleh media dan penggemar obsesif.
Winslet mengenang bagaimana dirinya merasa tidak memiliki tempat aman, bahkan di dalam rumahnya sendiri. Pada usia yang baru 22 tahun, ia harus menghadapi kenyataan bahwa gerak-geriknya diawasi 24 jam sehari.
"Ada orang-orang yang menyadap telepon saya. Mereka ada di mana-mana. Dan saat itu saya benar-benar sendirian. Saya sampai merasa sangat ketakutan untuk pergi tidur," ungkap Winslet dengan emosional.
Gangguan privasi ini melampaui batas kewajaran. Ia menceritakan bagaimana orang-orang tak dikenal bahkan menggeledah tempat sampahnya hanya untuk mencari tahu kehidupan pribadinya.
"Ada yang membongkar sampah saya hanya untuk mencari tahu diet apa yang sedang saya jalani atau tidak. Sangat mengganggu melihat sejauh mana mereka bersedia bertindak hanya demi hal-hal seperti itu."
Selain ancaman fisik dan privasi, Winslet juga harus menghadapi serangan verbal yang kejam dari media massa, terutama pers Inggris.
Alih-alih merayakan kesuksesan aktingnya, banyak tabloid justru fokus menyerang bentuk fisiknya dengan sebutan-sebutan yang kasar.
Ia mengakui bahwa tekanan untuk terlihat sempurna sangatlah menyiksa:
Penampilan Billy Zane sebagai Cal di Titanic. Foto: Dok. Paramount Pictures |
"Media menyebut saya dengan nama-nama yang sangat buruk, jahat, dan sebenarnya sangat melecehkan. Mereka menulis hal-hal mengerikan tentang saya padahal mereka sama sekali tidak mengenal saya."
Kekejaman pers inilah yang kemudian memicu Winslet untuk mengambil keputusan besar dalam kariernya: ia sempat menarik diri dari film-film besar Hollywood dan lebih memilih proyek film independen yang lebih kecil demi menjaga kewarasan dan martabatnya.
Kini, di usia 50 tahun, Winslet melihat masa lalu tersebut sebagai pelajaran berharga.
Ia merasa beruntung karena saat ini industri film mulai lebih berpihak pada perlindungan aktor muda, meskipun ia tetap memperingatkan bahwa "permainan ketenaran" bisa sangat merusak jika tidak dihadapi dengan keteguhan hati.
"Jika itu adalah arti dari menjadi terkenal, saya merasa tidak siap untuk itu. Tidak, terima kasih," pungkasnya mengenai perasaannya saat pertama kali mencicipi popularitas global.
Kisah Kate Winslet ini menjadi pengingat bagi publik bahwa di balik kemegahan karpet merah dan piala emas, ada harga mahal berupa kesehatan mental dan privasi yang sering kali harus dibayar oleh para aktor.
Meski Titanic memberinya kemapanan finansial, trauma yang diakibatkannya membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa ia bicarakan secara terbuka.
(ass/dar)












































