Synopsis:
Cerita film ini berpusat pada Parker (Mark Wahlberg), seorang pencuri profesional yang udah makan asam garam di dunia kejahatan kelas atas. Tapi kali ini, dia dapet tawaran yang gak main-main: melakukan pencurian terbesar dalam hidupnya. Masalahnya? Targetnya bukan cuma satu, tapi tiga orang berbahaya.
Pertama, ada diktator asal Amerika Selatan yang gak segan menumpahkan darah. Kedua, mafia New York yang terkenal brutal. Dan terakhir, orang terkaya di dunia - sosok super berpengaruh yang bisa menjungkirbalikkan hidup siapa pun yang menentangnya. Dari situ, misi Parker langsung berubah jadi permainan berisiko tinggi penuh tipu daya, strategi, dan pertarungan hidup mati.
Untungnya, Parker gak jalan sendirian. Ia punya Grofield (LaKeith Stanfield) dan Zen (Rosa Salazar), dua rekan yang sama lihainya dalam urusan akal licik dan taktik licin. Mereka jadi trio maut yang bukan cuma pintar, tapi juga punya chemistry solid meski setiap langkah mereka selalu dibayangi bahaya.
Selain tiga nama utama itu, Play Dirty juga dibintangi Keegan-Michael Key, Chukwudi Iwuji, Nat Wolff, Thomas Jane, dan Tony Shalhoub. Kombinasi pemain papan atas ini bikin filmnya punya dinamika yang kuat - dari aksi brutal sampai konflik internal yang bikin tegang tapi tetap seru.
Baca juga: 10 Film di Top Global Netflix |
Review:
Parker (Mark Wahlberg) adalah seorang kriminal ulung. Dia tidak akan membunuh orang kalau tidak diperlukan. Meskipun dia tidak sabaran, Parker adalah seorang kriminal yang tahu benar apa yang akan dia lakukan. Ia tahu siapa yang harus dirayu, siapa yang harus dipukul, dan jika memang dibutuhkan: siapa yang perlu ditembak. Perampokan pembukaan film ini berjalan dengan lumayan mulus sampai semua teman Parker dibunuh oleh Zen (Rosa Salazar). Tidak ada pilihan lain selain balas dendam.
Masalah pertama adalah satu, Parker dilarang memasuki area New York oleh The Outfit, organisasi kriminal yang mempunyai masa lalu dengannya. Masalah kedua, ternyata Zen memiliki penawaran yang menarik. Uang dari perampokan pertama ia pakai untuk modal perampokan kedua yang lebih besar: harta karun yang jumlahnya mencapai angka milayaran dollar. Parker mulai bergetar, terutama setelah Zen memberi tahu rencananya: mereka akan merampok perampok yang sudah mengincar harta karun tersebut. Tentu saja dalam film seperti ini tidak ada yang berjalan sesuai rencana.
Kalau kamu mencintai film aksi-komedi 80 dan 90-an, nama Shane Black mungkin tidak akan terdengar asing. Ia adalah penulis skrip yang melahirkan franchise Lethal Weapon, kemudian film The Last Boy Scout, Last Action Hero, Long Kiss Goodnight dan mungkin yang paling terkenal adalah kolaborasinya dengan Robert Downey Jr. dalam Kiss Kiss Bang Bang dan tentu saja Iron Man 3. Kali terakhir Black membuat aksi-komedi adalah The Nice Guys yang dibintangi oleh Ryan Gosling dan Russell Crowe. Meskipun film tersebut gagal di pasaran tapi setidaknya The Nice Guys membuktikan bahwa pena Black masih tajam.
Play Dirty yang diadaptasi dari serial Parker buatan Richard Stark-nama alias Donald E. Westlake yang juga menulis The Ax yang diadaptasi Park Chan-wook menjadi No Other Choice-adalah sebuah film yang sangat Shane Black. Settingnya di sekitaran Natal, dialognya luar biasa lucu, kekerasan yang hadir di dalamnya biasanya dipakai sebagai bahan lelucon dan karakter-karakter yang luar biasa keren. Parker mungkin tidak memiliki background yang jelas tapi ia adalah tokoh utama yang mudah untuk dicintai. Bahkan Zen yang sudah membunuhi teman-teman Parker di awal film juga akhirnya berubah menjadi sosok yang bisa dibanggakan.
Dibandingkan dengan film-film Shane Black terdahulu, Play Dirty memang terjebak dalam penyakit film untuk streaming service. Adegan aksinya tidak semenarik Lethal Weapons. Secara visual, filmnya juga terasa jomplang antara live action dan semua sekuens yang memerlukan bantuan komputer. Ada bagian dalam Play Dirty yang masuk teritori Fast and Furious dimana karakter-karakternya harus menghindari kereta yang keluar dari jalur. Meskipun adegan ini terasa seru dan mendebarkan tapi momen ini membuat film ini yang sudah terasa tidak masuk akal, makin terasa tidak realistis. Karakter-karakternya bermain dengan nyawa tapi mereka tidak tergores sedikit pun karena mereka adalah tokoh utama. Tidak hanya itu, CGI yang ditampilkan pun terlihat palsu bahkan ditonton di televisi sekalipun-bayangkan kalau ini ditayangkan di bioskop.
Tapi jika dibandingkan dengan film-film sejenis yang dirilis di streaming service, Play Dirty jelas berada di urutan terdepan. Humornya jelas lebih lucu. Kedua, film ini memiliki dialog yang menarik dan asyik-karena sekali lagi pena Shane Black masih tajam. Karakter-karakternya, meskipun beberapa terasa karikatur, enak untuk ditonton. Mereka semua menjadi ensemble yang layak untuk didukung saat mereka melaksanakan misi mustahil mereka. Dan yang terpenting: film ini memiliki kepribadian yang jelas. Tidak seperti misalnya Spenser Confidential, The Union, Back In Action atau semua film-film Netflix yang hanya didesain untuk membuat penonton diam secara pasif di depan televisi-dua judul pertama adalah film Mark Wahlberg untuk Netflix.
Mark Wahlberg menggantikan Robert Downey Jr. sebagai Parker-si Iron Man tetap duduk di bangku produser-dengan cukup meyakinkan meskipun ia tidak mempunyai pesona bintang sebesar si jagoan Marvel tersebut. Wahlberg bisa mengucapkan semua humor gelap yang ditulis Black dengan mudah. Dan kelakuannya yang slengeannya ternyata justru membuat Parker menjadi karakter yang realistis meskipun tidak ada kedalaman dari cara Wahlberg membawakannya. Yang juga menjadi sorotan dalam Play Dirty adalah LaKeith Stanfield sebagai Grofield, tangan kanan Parker dan Rosa Salazar yang mempunyai love and hate relationship dengan karakter utamanya.
Play Dirty memang bukan sinema yang akan membuatmu terperangah saat menyaksikannya. Tapi sebagai sebuah hiburan dari streaming service, film ini adalah salah satu yang terbaik: ringan, seru dan yang terpenting: terpenting: menghibur luar biasa.
Play Dirty tayang di Amazon Prime
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dar/dar)