Seribu Bayang Purnama Angkat Realita Petani di Indonesia

Febryantino Nur Pratama
|
detikPop
Jumpa pers film Seribu Bayang Purnama di Metropole XXI, Jakarta Pusat, Kamis (26/6).
Jumpa pers film Seribu Bayang Purnama di Metropole XXI, Jakarta Pusat, Kamis (26/6). Foto: Febryantino/detikcom
Jakarta - Film Seribu Bayang Purnama siap tayang di bioskop pada 3 Juli 2025. Film ini disutradarai oleh Yahdi Jamhur, seorang jurnalis dan pembuat film dokumenter.

Seribu Bayang Purnama menghadirkan kisah mendalam tentang kehidupan petani di pedesaan Indonesia. Mengambil latar di pedesaan Bantul, Sleman, Yogyakarta, film ini menyuguhkan potret autentik kehidupan petani yang dipenuhi perjuangan, harapan, dan cinta. Semuanya dibalut dalam drama keluarga dan konflik sosial yang menyentuh.

"Para petani sering luput dari sorotan perfilman kita. Padahal merekalah tulang punggung negeri agraris seperti Indonesia," ujar Yahdi Jamhur di Metropole XXI, Jakarta Pusat pada Kamis (26/6/2025).

Seribu Bayang Purnama mengangkat kritik sosial terhadap sistem pertanian yang dinilai timpang, mulai dari harga pupuk yang melambung tinggi, ketergantungan pada tengkulak, hingga minimnya akses modal.

Film ini ingin membuka mata masyarakat bahwa pertanian bukan sekadar soal menanam, tapi juga menyangkut martabat dan keberlanjutan hidup petani Indonesia.

"Lewat film ini kami ingin menunjukkan bahwa pertanian bukan hanya soal bercocok tanam, namun juga tentang martabat dan keberlanjutan hidup. Melalui film ini kami mencoba mengangkat cerita kehidupan petani dengan segala suka dukanya, sehingga petani ini bisa terangkat derajatnya," beber Yahdi.

Ide film ini lahir dari kerisauan dan dukungan penuh Joao Mota, produser eksekutif sekaligus pegiat pertanian alami. Joao terinspirasi dari kisah nyata petani muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil mempelopori metode Tani Nusantara, sistem bertani alami yang murah, sederhana, dan ramah lingkungan.

"Kenapa dinamakan Metode Tani Nusantara? Karena setiap daerah punya kekhususan. Leluhur kita dulu tidak perlu mencari sulfur ke Ukraina untuk bisa menanam. Mereka memakai apa yang ada di sekitar dan berhasil bertahan hingga kini," tutur Joao Mota.

Lewat film ini Joao juga menyoroti bahaya penggunaan pupuk kimia secara berlebihan yang justru merusak kesuburan tanah dan membunuh mikroorganisme alami. Nantinya petani di Indonesia dapat menerapkan pertanian yang berkelanjutan.

"Kita harus bertani dengan cara yang memuliakan Tuhan, bukan merendahkan-Nya karena tanah dan isinya adalah ciptaan-Nya. Bertani yang tidak berkelanjutan itu artinya kita menghancurkan anugerah Tuhan," katanya.

"Saya harapkan dukungan dari teman-teman semua, supaya kita lebih peduli tentang bagaimana bertani dan menjaga lingkungan. Agar anak cucu kita kelak masih bisa menghirup udara segar dan menikmati hasil bumi yang sehat," tambah Joao.

Film ini semakin kuat dengan sentuhan emosional dari penulis skenario Swastika Nohara. Swastika menuliskan naskah berdasarkan kisah masa kecilnya yang hidup dalam keluarga petani.

"Film ini bagi saya sangat personal karena lahir dari based on story masa kecil saya yang tumbuh besar di keluarga petani. Semua pemeran atau karakter yang ada itulah hasil dari riset saya bersama ibu di desa tempat saya tinggal," kata Swastika Nohara.

Sinopsis

Seribu Bayang Purnama berkisah Putro Hari Purnomo (Marthino Lio), seorang pemuda kembali ke kampung halaman usai gagal meraih mimpi di kota. Ia bertekad menghidupkan kembali ladang keluarganya dengan metode pertanian alami warisan sang ayah (Nugie).

Namun, perjuangan Putro gak mudah. Ia harus menghadapi kompetisi sengit dengan keluarga rival, sekaligus terjebak dalam dilema cinta dengan Ratih (Givina Lukita Dewi), putri dari keluarga saingan yang juga pemilik toko pupuk kimia.

Konflik antara idealisme, cinta, dan tekanan sosial menjadi benang merah film ini. Visual pedesaan yang indah dan penokohan yang kuat, membuat Seribu Bayang Purnama hadir bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ajakan untuk membuka mata terhadap realitas petani Indonesia.


(fbr/pus)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO