China Vs Hollywood, Oscar Turun Tangan

Asep Syaifullah
|
detikPop
An Oscars statuette on display at a screening of the Oscars in Paris, France April 26, 2021. Lewis Joly/Pool via REUTERS
Foto: REUTERS/POOL
Jakarta - Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), penyelenggara Oscar, turut khawatir dengan ketegangan yang terjadi antara China dan Amerika Serikat. Hal ini membuat Janet Yang, presiden AMPAS, mencoba untuk menjembatani kedua negara tersebut.

Dalam ajang Beijing International Film Festival, ia menjadi salah satu pembicara di sana dan membahas soal pentingnya pertukaran budaya sebagai dua negara terbesar di dalam industri film. Ia membagikan sudut pandangnya sebagai produser film berdarah China-Amerika dan sudah merasakan industri di dua negara tersebut.

"Pengalaman pribadi dan profesional saya memberi tahu saya bahwa film memiliki kekuatan unik untuk menyatukan orang-orang, dan itulah sebabnya saya selalu optimis tentang pertukaran budaya tidak hanya antara kedua negara kita, tetapi juga di antara semua orang, di mana pun di dunia," kata Yang kepada para peserta di forum industri festival yang berjudul How High is the Ceiling for China's Film Market?

Wanita yang dalam beberapa bulan ke depan tak lagi menjabat sebagai Presiden Academy itu mengisahkan pengalaman pertamanya membawa film China ke Hollywood. Ia bahkan mencoba memfasilitasi studio Hollywood yang ingin syuting di Negeri Tirai Bambu itu, salah satunya adalah Empire of the Sun garapan Steven Spielberg.

Sejauh ini, representasi bakat dari China memang kurang banget, meski di sisi lain, pengakuan terhadap sinema Asia semakin meningkat, seperti yang dicontohkan oleh film Korea Selatan, Parasite, yang menjadi pemenang film berbahasa non-Inggris pertama pada 2020.

Ia pun menyoroti tonggak penting dalam pertumbuhan industri film China, dengan menunjuk film garapan Xu Zheng, Lost in Thailand (2012), sebagai terobosan yang meraup lebih dari USD 200 juta dengan anggaran yang sederhana dan membantu mendorong box office lokal China melampaui USD 1 miliar untuk pertama kalinya.

Ada juga cerita keberhasilan diaspora Asia yang mendapatkan pengakuan besar, dengan mencatat bahwa Everything Everywhere All at Once memenangkan tujuh Oscar termasuk film terbaik, sementara Past Lives dan Minari, mendapatkan nominasi film terbaik.

Ia juga mengungkapkan satu sinema China yang mendapatkan pengakuan, termasuk film Guan Hu baru-baru ini, Black Dog, yang memenangkan penghargaan Un Certain Regard di Cannes tahun lalu.

"Film-film ini membuktikan bahwa penonton tidak perlu memahami sepenuhnya suatu budaya untuk tergerak olehnya. Keaslian dan kekhususan mengundang koneksi," kata Yang.

"Bagi para sineas Tiongkok, ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk mendunia, berkolaborasi secara internasional, memasarkan film ke pasar internasional, dan mungkin bekerja sama dengan orang-orang dari diaspora kami untuk menceritakan kisah-kisah bernuansa yang mengangkat representasi Tiongkok dan memperdalam dampak global," tambah Yang.


(ass/nu2)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO