Wajah Meleleh hingga Tarung Lawan Macan, Catwoman Diklaim Lebih Keren

Setelah 20 tahun, baru terungkap ada proses dalam produksi dan naskah film tersebut yang mengalami perubahan cerita signifikan. Hal ini diungkapkan John Brancato, salah satu penulis di film tersebut pada Entertainment Weekly.
Ia mengatakan beberapa draft awal justru lebih kelam dan menegangkan, jauh dari beauty standard yang biasa ditemui di penampilan superhero wanita. Ada adegan di mana ia harus bertarung dengan macan, wajah musuhnya yang meleleh hingga adegan klimaks di mana Catwoman mengumpulkan pasukan (kucingnya) untuk membasmi tentara tikus yang membawa wabah penyakit.
"Ada banyak hal di (draf awal kami) yang saya suka. Salah satu hal yang banyak dimainkan dalam film ini adalah gambaran kecantikan dan fakta bahwa perempuan diwajibkan harus terlihat menarik sepanjang waktu dan memakai riasan," kenang Brancato tentang naskahnya yang ditulis pada 6 Agustus 2002 dan ditulis dengan arahan eksplisit dari studio untuk tidak mengambil latar film Batman.
Hal-hal seperti mengikuti pasar yang akhirnya justru dipertahankan kala itu. Mereka terpaksa melakukan revisi besar-besaran dan menjadikan naskah itu selayaknya pertarungan antara dua wanita yang mengejar kata cantik sempurna.
Mereka adalah Patience (Halle Berry), wanita yang bekerja untuk brand kosmetik yang mengungkapkan jika krim wajah yang digunakan perusahaannya itu beracun hingga akhirnya ia dibunuh dan hidup kembali sebagai Catwoman. Dan sang rival, Laurel (Sharon Stone) seorang supermodel narsis yang merupakan kekasih dari pemilik perusahaan kosmetik itu.
Ia pun menjelaskan bahwa versi akhir tidak memiliki kritik tajam mengenai betapa budaya kecantikan itu beracun bagi para korbannya. Dia berspekulasi bahwa hal ini disebabkan oleh dugaan desakan studio untuk menulis ulang cerita tersebut dengan begitu banyak penulis yang berbeda.
![]() |
Bahkan ia menceritakan jika dirinya dan Michael Ferris dipecat sesaat sebelum syuting dimulai.
"Pada saat itu, Botox masih relatif baru, jadi ide kosmetik berdasarkan penyakit pes tampak seperti ide yang lucu. Kami fokus pada bagaimana rasanya menjadi seorang pemalu, pensiunan, dan kutu buku dengan alter-ego (seperti) kisah Jekyll dan Hyde tentang orang yang agresif, agresif, dan kejam secara seksual, dan keduanya saling berperang," kata Brancato.
"Kekuasaan yang mengendalikan film itu milik para eksekutif studio. Semuanya datang dari mereka - khususnya Jeff Robinov, yang merupakan (bos film) Warner Bros. Setelah kami menyelesaikan drafnya, dia memasukkan semuanya ke dalam kartu indeks, memanggil kami untuk kantornya, dan di papan tulis raksasa, menata ulang naskahnya. 'Pindahkan ini ke sini, singkirkan gagasan tentang tikus ini, kami tidak suka tikus dab singkirkan proses internalnya untuk menjadi seekor kucing.' Dia membuang semua yang menurutku bagus dalam pekerjaan kami sebelumnya. Kami memiliki versi naskah yang disusun secara aneh."
Baca juga: Ini Rasanya Ciuman dengan Scarlett Johansson |
Halle Berry pun juga merasakan hal yang sama, namun ia masih takut untuk buka suara terkait masalah itu.
"Aku selalu berpikir ide Catwoman menyelamatkan wanita lainnya dari sebuah krim wajah cukup aneh. Semua superhero menyelamatkan dunia, mereka tak cuma menyelamatkan wanita dari kerutan dan pecah-pecah di wajahnya," keluhnya.
Hasilnya, Catwoman pun hanya berhasil meraup pendapatan secara global sebesar $ 82 juta sementara biaya produksinya saja mencapai $ 100 juta. Mereka pun mendapatkan tujuh nominasi di Golden Raspberry Awards atau ajang penghargaan film-film terburuk.
(ass/nu2)