Temurun Jadi Film Horor dengan Konflik Drama Keluarga

Sebelumnya Sinemaku Pictures telah merilis 2 film drama yang berhasil mencuri perhatian para penonton film di Indonesia. Dari sanalah Sinemaku Pictures dikenal berhasil membawakan genre drama kekinian yang mengangkat isu drama anak muda di tahun-tahun sekarang.
Kini Temurun menjadi film horor pertama dari rumah produksi tersebut. Walaupun dengan genre utama horor, tampaknya Sinemaku tak ingin menghilangkan kesan drama yang telah menjadi ciri khas rumah produksinya pada karyanya kali ini.
Umay Shahab telah menjadi sutradara berturut-turut di kedua film pertamanya. Dengan adanya pergantian genre ke horor, nampaknya kursi sutradara diberikan ke sutradara lain yaitu Inarah Syarafina.
Inarah menjadi sutradara wanita yang kembali melenggang ke kancah bioskop tanah air setelah sekian lama sutradara wanita absen di kancah bioskop lokal.
Setelah sebelumnya membuat film pendek dengan genre drama, kini Temurun menjadi debut film panjang pertamanya sekaligus dengan genre horor. Tentu dengan filmografinya juga dengan genre drama yang menjadi identitas dari Sinemaku Pictures, Inayah kembali menerapkan unsur drama tersebut ke dalam filmnya ini.
Temurun menjadi film horor yang mengangkat drama keluarga di dalamnya, berbagai konflik internal yang relate dengan anak muda jaman sekarang dijadikan sebagai isu utama dalam naratif film ini berjalan.
Hal itu terasa dengan penggunaan karakternya yang masih terbilang anak muda, berbagai bumbu konflik keluarga juga kerap kali dimasukkan di film ini untuk mendramatisasi penceritaannya.
Isu ini juga menjadi sorotan Bryan Domani yang juga memulai debut karirnya di film horor tanah air. Ia merasa bahwa sajian horor di film ini tak semata-mata terkekang oleh ketakutan dari makhluk halus, namun konflik realis yang terjadi di sekitar kita merupakan definisi horor yang nyata.
"Juga yang buat kita makin tertarik juga sama cerita itu horor tapi drama treatment, jadi emang dramanya itu sangat kental. Jadi horornya itu bukan horor setan atau hantu saja, tapi horor di dalam keluarga" Sebut Bryan saat konferensi pers di Epicentrum Jakarta (28/05/2024)
Tentu segala akar dari drama yang disajikan di film ini tak terlepas dari peran sang penulis yang berusaha menata drama keluarga di film ini. Pasalnya, film ini memberikan beban yang cukup berat karena harus bisa mengimbangi antara sajian dramatis dari konflik keluarganya, serta tensi yang menegangkan untuk keperluan horornya.
Vontian Suwandi sebagai penulis mengaku telah mengembangkan naskah ini selama kurang lebih satu tahun. Sebelumnya ia sendiri bahkan bukan berlatar belakang sebagai penulis, di film ini ia memulai debutnya sebagai penulis bahkan menjadi penulis film panjang.
Sang penulis berkata bahwa segala isu yang terjadi di film ini ia dapatkan dari referensi nyata yang terjadi di masyarakat. Dari ide tersebut ia mengembangkannya menjadi sebuah konflik drama yang dibalut horor di film Temurun ini.
"Kisah keluarga yang ada di dalam film temurun ini tuh sebenarnya saya coba dekatkan dengan apa yang sebenarnya sering terjadi di luaran sana. Drama dan tensi, dinamika antara kakak dan adik yang tidak akur, itu semua sangat-sangat dekat gitu dengan kita di dunia nyata. Dan menurutku itu suatu hal yang penting ketika kita menulis sebuah cerita bagaimana hal itu bisa dekat dengan nanti yang menikmatinya." Jelas Vonti
(ass/ass)