Teater Koma Siap Gelar Lakon Mencari Semar 13-17 Agustus

Lakon ini bukan sembarang pertunjukan. Naskah fantasi yang gabungin mitologi Jawa dengan narasi futuristik, bakal kaya akan kekuatan cerita, visuak, musik, tarian, dan teknologi panggung dalam satu pengalaman teatrikal yang imersif.
Sutradara Mencari Semar, Rangga Riantiarno, cerita lakonnya menggambarkan dunia masa depan yang kehilangan arah lalu mencari kembali kebijaksaan yang berasal dari masa lampau.
"Semar bukan sekadar tokoh pewayangan, ia adalah simbol suara rakyat, penjaga keseimbangan, dan cerminan nilai-nilai luhur yang hari ini makin dibutuhkan," terang Rangga Riantiarno.
Di bawah arahan Deden Bulqini sebagai Skenografer, pementasan Mencari Semar menggabungkan set panggung futuristik, tata cahaya dinamis, elemen multimedia, hingga proyeksi visual interaktif yang memungkinkan suasana berubah drastis seiring pergerakan waktu dan ruang dalam cerita.
Unsur-unsur tersebut dihadirkan bukan hanya sebagai latar, tetapi sebagai bagian dalam menciptakan pengalaman panggung yang imersif dan komunikatif dengan penonton.
"Dalam Mencari Semar, kami mencoba mendekatkan konsep skenografi ke arah pengalaman visual yang responsif. Artinya, set tidak hanya memperkuat suasana, tetapi juga menjadi bagian dari dramaturgi," kata Deden Bulqini, skenografer Mencari Semar.
Sinopsis Cerita Mencari Semar
Mencari Semar mengisahkan tentang Semar, sang punakawan bijak yang menyimpan pusaka sakti bernama Jimat Kalimasada dalam tubuhnya di masa pensiunnya.
Seiring berjalannya waktu, Kekaisaran Nimacha, sebuah peradaban futuristik yang hidup berdasarkan Perintah Utama menghadapi ancaman kepunahan akibat Perintah yang telah berkali-kali ditulis ulang, lima Agen diutus untuk mencari jalan keluar.
Mereka menemukan catatan sejarah tentang Kalimasada dan meyakini bahwa jimat itu mampu menulis ulang Perintah Utama. Demi menguasainya, para Agen ditugaskan untuk mencari Semar dan membawanya ke Ruang Putih, ruang ilusi yang dirancang untuk menarik keluar Kalimasada.
(tia/tia)