Review Teater
Musikal Kapan Nikah?: Sentilan Pertanyaan Buat Sepasang Kekasih

Fenomena sosial ini menggelitik Jakarta Musical Crew atau disingkat Jaksical untuk membuat musikal Kapan Nikah?. Dibuka pada Jumat malam (21/2), pentas yang disutradarai Venytha Yoshiantini bakal berlangsung sampai Minggu (23/2) di Teater Salihara, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Redaksi detikpop menonton musikal Kapan Nikah? di show kedua pada Sabtu (22/2) pukul 11.00 WIB. Teater Salihara yang merupakan teater blackbox pertama di Indonesia jadi pilihan yang tepat bagi Jaksical. Sejak awal masuk area panggung dengan dekorasi layaknya wedding dream, suasana intim dan hangat sudah terasa.
Panggung dibuat dengan konsep arena dan dibagi menjadi empat bagian kursi yang mengelilinginya. Artistik dengan white elegant wedding dan floral putih jadi pilihan bagi tim Jaksical.
Baca juga: Musikal 'Kapan Nikah' Membius Pekan Ini |
Cerita dibuka dengan prosesi lamaran antara Farah dan Rio yang diurusi Monica. Ia adalah seorang perempuan sukses dan pendiri Wedding Organizer (WO) ternama. Usianya sudah 30 tahun dan punya kekasih bernama Adi yang berprofesi sebagai dokter.
Ada satu hal yang dianggap jadi kekurangan Monica. Dia belum mau menikah dan masih banyak karier yang ingin digapainya. Adi, pria berusia 35 tahun yang sudah mapan dikejar-kejar oleh orang tuanya untuk segera menikah atau kuliah spesialis di Australia lalu dijodohkan.
Di antara kisah muda-mudi yang sudah berpacaran selama 4 tahun tersebut, ada Tante Puji dan Puja yang sibuk mencampuri permasalahan mereka.
"Monica, yang nggak mau-mau nikah. Kapan kamu nikah? Duh... " ucap Tante Puji dan Puja dengan gaya centilnya.
Ada ibunda Monica yang selalu membesarkan hati anaknya. Seorang ibu bijak yang tak akan memaksakan pilihan yang dipilih anaknya. "Kamu tahu apa yang kamu tahu, dan ibu tahu itu," ucap ibu Monica dari atas panggung.
Selama hampir dua jam lamanya, Jaksical sukses membuat cerita haru membiru dibumbui komedi sederhana dari fenomena pertanyaan Kapan Nikah?. Panggung musikal Kapan Nikah? juga berhasil mengangkat isu sosial yang ada di Tanah Air sejak lama dan telah mendarah daging.
Jangan tanya soal musik original dan komposer sampai akting para pemain. Semuanya out standing, tanpa cela sedikit pun. Lagu Kapan Nikah? jadi theme song yang teringang-ingang meskipun pertunjukan sudah kelar.
Tanpa ingin menggurui dari pertanyaan Kapan Nikah?, pentas ini turut mengajak penonton untuk memilih ending: Apakah Monica dan Adi jadi menikah atau tidak? Apakah keduanya lebih memilih karier ketimbang tuntutan untuk menikah?
Meleburkan Batas Penonton dan Pemain
Nilai plus dari musikal original Kapan Nikah?, sejak awal pentas digelar konsep meleburkan batas antara penonton dan pemain sangat terasa. Dilihat dari pemilihan pemanggungan hingga interaksi para pemain. Adegan dibuka oleh dialog Tante Puja dan Puji yang sekaligus jadi narator. Mereka hadir di tengah-tengah penonton.
Dalam setiap adegan, mereka juga ada di tengah-tengah penonton. Tak cuma kanan, kiri, tapi juga bagian atas ruang teater. Seni pertunjukan tak lagi eksklusif berada di atas panggung, tapi musikal Kapan Nikah? sukses melebur batas tersebut. Tak ada lagi dinding pemisah dan penonton jadi bagian dalam pertunjukan. Bahkan para pemain terlihat sama sekali nggak kagok.
Format Interaktif dan Semi Interaktif
Musikal Kapan Nikah? membuat dua format pertunjukan: interaktif dan semi interaktif. Tante Puji dan Puja dengan gaya centil dan kocaknya, mengajak penonton mengobrol dan mengenakkan diri mereka masing-masing. Suasana cair dan hangat berhasil ditampilkan tim Jaksical.
(Mungkin) ada benarnya omongan Gus Dur. Teater itu bukan pelajaran untuk berpura-pura atau akting namun bersungguh-sungguh memperlihatkan realita, menafsirkannya lalu mempersembahkannya pada masyarakat. Itulah yang dihadirkan Jaksical dalam panggung musikal Kapan Nikah? dengan pertanyaan sederhana buat kamu, 'Jadi Kapan Nikah?'.
Pentasnya masih berlangsung sepanjang hari ini dengan tiga kali show pada pukul 11.00-13.00, 15.00-17.00, dan 20.00-22.00 WIB, dengan dua harga tiket Rp 350 ribu dan Rp 450 ribu.
(tia/dar)