Teater Koma Ngeluh Sewa Gedung Mahal, Ini Tanggapan Kementerian Kebudayaan

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Pertunjukan Teater Koma Matahari Papua saat dipentaskan di Graha Bhakti Budaya (GBB), kompleks TIM.
Pendiri Teater Koma, Ratna Riantiarno, saat menghadiri Ngopi Pagi di Kementerian Kebudayaan pada Kamis (21/11/2024). Foto: Tia Agnes/ detikcom
Jakarta - Kementerian Kebudayaan menggelar Ngopi Pagi bareng komunitas budaya pada Kamis (21/11/2024). Puluhan pelaku seni sampai budaya yang ada di Tanah Air berkumpul di Gedung A, Kementerian Kebudayaan, kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.

Salah satunya ada pendiri Teater Koma, Ratna Riantiarno. Bersama suaminya, pemain film senior itu mendirikan Teater Koma sejak 1 Maret 1977.

Dalam sesi Ngopi Pagi tersebut, Ratna mengeluhkan harga sewa pertunjukan yang sangat mahal. Kelompok teaternya yang sudah puluhan tahun mementaskan pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) mengeluhkannya.

"Saya mewakili dunia seni pertunjukan, kami ini butuh tempat. Saya ingin melaporkan semua tempat pertunjukan di seluruh Indonesia milik negara, maintance luar biasa tidak terurus, jadi perlu diperhatikan. Di kota besar saja apalagi kota-kota kecil, yang kami butuhkan untuk tempat seni pertunjukan," terangnya saat di Kementerian Kebudayaan.

Ratna berharap agar Kementerian Kebudayaan yang baru terbentuk dapat membantu memberikan harga yang pantas untuk seniman.

"Kami disamakan dengan siapa saja, nggak ada perbedaan, seniman atau sekolah swasta yang pakai sewa. Jadi mestinya ada perbedaan perlakuan," terang Ratna.

Selama 47 tahun Teater Koma berdiri, setiap tahun secara konsisten membuat pentas sebanyak dua kali.

"Kalau dibilang apakah bisa hidup dari teater. Saya selama 50 tahun bilang, nggak mungkin. Beda sama film. Sekarang Kementerian Kebudayaan sudah jadi 'rumah', semoga akan cukup adil dan beradab," katanya.

Tanggapan Kementerian Kebudayaan

Kementerian Kebudayaan diwakili oleh Wakil Menteri Giring Ganesha pun menanggapi keluhan dari Teater Koma. Dia awalnya ngaku tidak emngerti dengan permasalahan di TIM.

Ngopi Pagi Kementerian Kebudayaan bareng Komunitas Budaya pada Kamis (21/11/2024).Ngopi Pagi Kementerian Kebudayaan bareng Komunitas Budaya pada Kamis (21/11/2024). Foto: Tia Agnes/ detikcom

Sejak 2 pekan yang lalu, sudah menyambangi pengurus TIM termasuk JakPro sebagai pengelola. "Saya bicara secara terbuka bahwa TIM sejak dipugar memang dibagi kepengurusannya. Ada yang diurus oleh Dikbud Jakarta (Pemprov DKI), ada yang diurus oleh JakPro, ini yang harus dilakukan pendekatan, saya sudah dikasih arahannya," kata Giring.

Setelah berdiskusi dengan Menteri Fadli Zon, keduanya masih menunggu sampai masa Pilkada usai hingga terpilihnya Gubernur DKI Jakarta yang baru.

"Kita tunggu sampai Pilkada selesai, siapa yang menang nanti. Pak Menteri akan langsung menghubungi Gubernur dan Wakil Gubernur, gimana TIM nanti bisa disubsidi agar kegiatan-kegiatan seniman bisa terlaksana," katanya.

Wamen Giring juga berharap agar JakPro jangan seperti 'nanam modal'. "Yang artinya harus balik lagi, kalau arahan dari Pak Menteri, bagian dari hibah kebudayaan, supaya tidak ada urusan bisnis lagi. TIM bisa hidup lagi, seniman bisa menari, berteater, dengan bebas," pungkasnya.


(tia/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO