Siap Rayain Sastra di UWRF 2024?

Mengusung tema Satyam Vada Dharmam Chara yakni 'Bicara Kebenaran, Lakukan Kebaikan', penyelenggara UWRF sengaja memilihnya sebagai perenungan dari kondisi sosial belakangan ini.
"Tema ini sebenarnya dipilih oleh suami saya, kami tahu selalu meminta dia untuk memilih tema dan dia selalu keluar dengan gagasan yang menarik. Dialah yang menemukan buat tema tahun ini, kami juga setuju dengan apa yang terjadi belakangan ini," kata Direktur dan Pendiri UWRF, Janet DeNeefe saat jumpa pers di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2024).
Festival sastra terbesar di ASEAN yang mempertemukan penulis dan pembaca buku setiap tahunnya sukses hadirin beragam program yang beken. Tahun ini, lebih dari 200 program beragam digelar dengan mengundang ratusan penulis, pegiat literasi di Indonesia hingga global.
"Kami bicara kepada banyak orang dan beruntungnya mendatangkan Maria Ressa peraih Nobel Perdamaian. Kami juga menyeleksi banyak nama dan lineup kami tak seperti biasanya, kami hadirkan banyak penulis dan mereka nama-nama yang penting buat ditampilkan," sambungnya.
Tema Satyam Vada Dharmam Chara, seperti ditambahkan oleh Laksmi DeNeefe sebagai Duta Festival, adalah ajakan untuk mengajak kepada kebaikan dan berkata yang benar kepada sesama kita.
"Filosofi yang dipilih oleh ayah saya diambil dari filosofi Mahabarata dari agama Hindu, dia muncul dengan gagasan ini yang mungkin relevan bagi kita," tambahnya.
Penulis ternama Indonesia yang akan hadir termasuk Dee Lestari yang akan meluncurkan karya terbarunya yang sangat personal, Tanpa Rencana. UWRF juga akan memberikan penghormatan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer dalam sebuah panel khusus yang menghadirkan adiknya yang juga seorang penulis, Soesilo Toer.
Tak kalah menarik, adaptasi Don Quixote karya Miguel de Cervantes oleh Goenawan Mohamad akan merayakan pemutaran perdana dunianya di festival ini, menghadirkan perspektif baru tentang novel klasik ini dengan memadukan wayang golek Indonesia dengan elemen artistik modern.
Dari deretan pembicara internasional, Atef Abu Saif, Mantan Menteri Kebudayaan Otoritas Palestina, akan turut hadir dan menawarkan perspektif yang langka dan jujur dari Gaza. Aktivis dan pengacara hak asasi manusia Sara M. Saleh juga akan mengeksplorasi tantangan yang dihadapi perempuan di zona konflik, sementara penulis disiden dari Myanmar, Ma Thida, akan membahas perjuangan negaranya dan hubungan kompleks antara perbatasan, migrasi, dan hak asasi manusia.
(tia/aay)