Spotlight Culture
Ngefans Godzilla? Ternyata Ada Pesan Tersembunyi dari Tiap Film

Godzilla, sebutan buat monster raksasa asal Jepang punya banyak variasi dalam serial filmnya. Dari serial film pertamanya yakni Godzilla yang tayang pada 1954 hingga Godzilla Minus One yang rilis pada November 2023, Godzilla akhirnya punya kesempatan buat sabet Piala Oscar lewat film terbarunya.
Butuh waktu 70 tahun lamanya, perjuangan Godzilla hingga mendunia dan naik ke panggung Oscar.
Eksisnya Godzilla di dunia perfilman jadi tanda kalau serial film ini ditunggu-tunggu sama penggemarnya loh. Tak terkecuali di Indonesia, yang punya komunitas besar khusus pencinta monster raksasa.
Godzilla Freakz Indonesia kembali mengenalkan karakter monster raksasa Jepang di acara Jakarta 19th Toys and Comic Fair Indonesia 2024. Gak tanggung-tanggung, komunitas ini sekarang punya 3.500 anggota.
Wajar sih, jumlah anggotanya yang terus meningkat imbas dari interaksinya yang rutin, soalnya komunitas ini bisa dibilang aktif menyebarkan informasi soal Kaiju, sebutan lain dari Godzilla atau monster raksasa Jepang.
![]() |
"Kegiatannya gak terlalu rutin sih. Kadang kita ada meet up, gathering tapi sejak pandemi kita udah terbiasa komunikasi jarak jauh jadi belum rutin lagi gatheringnya. Meski begitu, kita aktif via grup GFI buat memberi insight dari film-film Kaiju dan Kaiju-nya sendiri," ujar Sofyan Syarief, kurator dan historian komunitas Godzilla Freakz Indonesia, saat diwawancarai detikpop di Balai Kartini, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Menurut Sofyan, ada keunikan tersendiri soal komunitas pencinta monster gigantik ini. Godzilla Freakz Indonesia berusaha memberi informasi sekaligus mengedukasi soal representasi Godzilla dari perspektif lain.
"Godzilla itu di mata publik Jepang adalah representasi trauma bom nuklir (Godzilla is a walking nuclear bomb). Kong itu adalah representasi keserakahan manusia mengeksploitasi sumber daya alam dan semangat kolonialisme. Nah, ini jelas di film King kong tahun 1933, 1976 dan 2005. Sedangkan bagi publik Amerika, Godzilla digambarkan sebagai 'superhero raksasa'. Karena bagi Amerika, nuklir adalah pahlawan atau juru selamat. Di film Shin Godzilla 2016, Godzilla adalah alegori kebocoran nuklir akibat gempa di Fukushima. Di film itu digambarkan birokrasi Jepang yang incompetent dalam menghadapi situasi bencana," kata Sofyan saat menjelaskan representasi Godzilla.
Lebih lanjutnya lagi nih detikers, komunitas Godzilla Freakz Indonesia berusaha menjelaskan perspektif-perspektif itu pada penggemar yang tergabung.
Jadi, bukan sekadar film giant monster, tetapi ada pesan-pesan subliminal yang ingin disampaikan melalui filmnya. Tertarik buat gabung gak nih, detikers?
(mg1/tia)