Duka mendalam dirasakan keluarga Muhammad Labib Rizi (22), mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang meninggal dunia akibat terseret arus sungai Singorojo, Kendal. Labib yang juga santri dan pengajar di Pondok Pesantren Darul Mukharrabin, Kendal, diketahui tenggelam saat kegiatan bersama rekan-rekannya, Selasa (4/11).
Jenazah Labib tiba di rumah duka di Kelurahan Noyontaansari, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, Selasa malam (4/11), sekitar pukul 23.00 WIB. Labib, yang merupakan anak tunggal pasangan Mohammad Khumaidi dan Nurhaniah, adalah mahasiswa Fakultas Syariah, Jurusan Hukum Keluarga Islam, semester 7. Saat kejadian ia baru dua pekan KKN.
Sekitar pukul 12.30 WIB siang tadi, jenazah diberangkatkan dari rumah duka ke tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman Landungsari, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan.
Ayah korban, Muhammad Kumaedi, menceritakan ia awalnya tidak memercayai kabar duka yang menimpa anak semata wayangnya. Lebih-lebih Selasa pagi (4/11), ibunya sempat berkomunikasi dengan anaknya. Tidak menyangka itu komunikasi terakhir dengan anaknya.
"Biasanya Ibu yang komunikasi. Hari terakhir Selasa pagi itu, jam 06.00, Ibu sempat transfer uang ke Labib. Dia jawab, 'Nggih, Bu, matur nuwun'. Itu terakhir komunikasi," katanya, Rabu (5/11/2025).
Kalimat terima kasih dari Labib masih terngiang jelas. Tidak menyangka itu ucapan terakhir yang terdengar ibunya, sebelum Labib dikabarkan tewas terseret arus sungai.
Pagi itu, Labib juga tidak menceritakan akan pergi ke sungai bersama teman-temannya.
"Enggak, enggak pamit. Enggak ngasih tahu kalau ada kegiatan di sungai," ucapnya.
Sorenya, keluarga dikagetkan dengan kabar duka. Awalnya, keluarga tidak memercayainya. Hingga akhirnya, mendapat foto dari alumni pondok yang mengenali korban.
"Ibu enggak percaya awalnya. Soalnya belum ada kabar dari temannya, belum valid itu, lho. Menunggu dulu. Baru dari tetangga ini, yang alumni pondok sana, dikasih fotonya, baru ibunya percaya," jelasnya .
Terkait kegiatan sebelum terseret arus sungai, keluarga mengaku belum mendapat keterangan resmi.
"Beritanya simpang siur, ada yang bilang mandi, ada yang bilang pakai ban. Kita Cuma berharap waktu itu segera ditemukan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kumedi meminta maaf dan meminta doa terbaik untuk anak semata wayangnya.
"Atas nama keluarga, kami mohon doa agar almarhum diterima di sisi Allah dan keluarga diberi ketabahan," kata Kumaedi.
(aap/apu)