Surah An-Nas merupakan surah ke-114 dalam Al-Qur'an. Meskipun berada di posisi terakhir dalam mushaf Utsmani yang digunakan saat ini, surah ini bukanlah wahyu terakhir yang turun.
Dalam buku ANNAS karya Achmad Chodjim, disebutkan bahwa surah ini diturunkan setelah Al-Falaq pada masa awal kenabian. Keduanya turun dalam waktu yang berdekatan.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai tempat turunnya surah ini. Beberapa ahli tafsir meyakini bahwa An-Nas diturunkan di Madinah, tetapi pendapat yang lebih dominan menyatakan bahwa surah ini turun di Makkah saat Nabi masih berdakwah di sana.
Rasulullah SAW mengajarkan untuk membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas sebelum tidur. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah radhiallahu 'anha berkata,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nabi SAW ketika hendak tidur, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu membaca 'Qul Huwallahu Ahad' (Al-Ikhlas), 'Qul A'udzu bi Rabbil-Falaq' (Al-Falaq), dan 'Qul A'udzu bi Rabbin-Nas' (An-Nas). Kemudian beliau meniup kedua tangannya dan mengusap ke seluruh tubuh yang bisa dijangkau, dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan ini sebanyak tiga kali." (HR Bukhari)
Asbabun Nuzul Surah An-Nas
Dari buku Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunya Ayat Al-Qur`an oleh Imam As-Suyuthi, menjelaskan bahwa surah An-Nas turun setelah Rasulullah SAW terkena sihir yang dilakukan oleh Labid bin A'sham, seorang Yahudi. Sihir itu berupa tali dengan sebelas simpul, disimpan di dalam sumur keluarga Fulan, di bawah batu besar.
Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW jatuh sakit parah. Lalu datang dua malaikat, satu duduk di sisi kepala beliau dan satu lagi di sisi kakinya. Malaikat di kaki bertanya kepada malaikat di kepala:
"Apa yang terjadi padanya?"
Malaikat di kepala menjawab, "Guna-guna."
Malaikat bertanya lagi, "Apa itu guna-guna?"
Ia menjawab, "Sihir."
Malaikat bertanya, "Siapa yang menyihirnya?"
Ia menjawab, "Labid bin A'sham, seorang Yahudi."
Malaikat bertanya, "Di mana sihir itu?"
Ia menjawab, "Di dalam sumur keluarga Fulan, di bawah batu besar dalam gulungan."
Keesokan harinya, Rasulullah SAW mengutus Ammar bin Yasir dan beberapa sahabat untuk mengambil sihir itu. Mereka menemukan air sumur berwarna seperti pacar, lalu menguras airnya, mengangkat batu, dan mengambil gulungan tersebut. Ketika gulungan dibuka, di dalamnya terdapat tali dengan sebelas simpul.
Lalu Allah menurunkan surah Al-Falaq dan An-Nas. Setiap kali Rasulullah SAW membaca satu ayat, satu simpul terlepas hingga akhirnya beliau sembuh.
Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Surah An-Nas
Berdasarkan buku Yasin Dan Tahlil Disertai Transliterasi & Makna Tahlil tulisan M Quraish Shihab, berikut beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari surah An-Nas.
1. Setan Menggoda saat Manusia Lengah
Setan terus-menerus menggoda manusia, terutama ketika mereka lalai dan melupakan Allah. Namun, ketika manusia berzikir dan mengingat Allah, setan akan mundur dan melemah.
2. Setan Adalah Makhluk Durhaka
Setan adalah makhluk yang mengajak kepada kedurhakaan. Mereka terbagi menjadi dua jenis: setan jin yang tidak terlihat wujudnya dan setan manusia yang menyesatkan melalui perkataan serta perbuatan.
3. Sumber Bisikan Negatif
Bisikan negatif berasal dari dua sumber, yaitu setan dan nafsu manusia. Bisikan setan dapat ditolak dengan mengingat Allah, sedangkan dorongan nafsu dapat dikendalikan dengan tekad untuk tidak memperturutkannya.
4. Keutamaan Perlindungan dari Bisikan Setan
Surah an-Nās menyebut tiga sifat Allah, yaitu Rabb, Malik, dan Ilāh, tetapi hanya satu perlindungan yang dimohonkan, yaitu dari bisikan setan. Sementara itu, surah al-Falaq hanya menyebut satu sifat Allah, yaitu Rabb al-Falaq, tetapi memohon perlindungan dari tiga kejahatan:
- Ghāsiq (idzā waqab), yaitu kegelapan ketika telah pekat.
- An-Naffāṣāt fīl 'Uqad, yaitu tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul.
- Ḥāsid (idzā ḥasad), yaitu pendengki yang hasad.
(inf/kri)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!