10 Fakta Muhammad Salahuddin, Pahlawan Asal Bima NTB

Rafiin - detikBali
Minggu, 09 Nov 2025 15:23 WIB
Foto: Sultan Muhammad Salahuddin saat menyambut kunjungan Presiden Soekarno di Bima pada 1950. (Foto: Dok. Pribadi Dae Dewi)
Bima -

Sultan Bima XIV, Muhamamad Salahuddin, menjadi salah satu tokoh yang diusulkan mendapat gelar pahlawan nasional 2025. Presiden Prabowo Subianto kabarnya telah menyetujui usulan sultan terakhir dari Kesultanan Bima itu untuk dianugerahi sebagai pahlawan nasional.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima, Tajuddin, mengatakan Sultan Muhammad Salahuddin sudah diusulkan menjadi pahlawan nasional sejak 2008 dan diproses pada 2016. Pada 2019 hingga 2024, namanya masuk dalam antrean sebagai kandidat pahlawan nasional.

"Pengusulan ini tidak terlepas dari jasa-jasanya berjuang kemerdekaan RI yang menyatakan diri Kesultanan Bima bergabung dengan NKRI yang saat itu dipimpin Presiden Soekarno," ungkap Tajuddin kepada detikBali, belum lama ini.

Selain berjuang mempertahankan NKRI, Muhammad Salahuddin juga berjasa mendukung organisasi pergerakan dan kemasyarakatan. Termasuk mendirikan sekolah umum dan yayasan pendidikan agama islam serta memberikan beasiswa kepada muda-mudi dengan menggunakan uang pribadinya.

"Sekolah islam didirikan oleh Sultan zaman dulu, sampai saat ini masih aktif. Sultan dulu banyak mengirim warga Bima untuk sekolah keluar negeri seperti ke Mesir dan Arab Saudi," imbuhnya.

Sejarawan Bima, Fahri Rizki, mengatakan Muhammad Salahuddin adalah anak dari Ibrahim, Sultan Bima ke XIII. Muhammad Salahuddin yang kini diabadikan sebagai nama bandara di Bima ini lahir pada 14 Juli 1889 dan wafat di Jakarta pada 11 Juli 1951.

"Muhammad Salahuddin memerintah Kesultanan Bima, sejak 1915 hingga 1951. Namun diangkat secara resmi sebagai Sultan Bima ke XIV, oleh Majelis Hadat pada 1917," ungkap Fahri.

Selain dikenal sebagai Sultan, Muhammad Salahuddin adalah pemuka agama. Dengan predikatnya itu, Sultan Muhammad Salahuddin dikenal dengan gelar Ruma Ma Kidi Agama (yang menegakkan agama).

Beberapa bulan setelah proklamasi Kemerdekaan RI, tepatnya pada 22 November 1945, Muhammad Salahuddin mengeluarkan maklumat yang menyatakan Kesultanan Bima bergabung resmi dengan NKRI. Pada 1946 saat Konferensi Malino, Muhammad Salahuddin memperjuangkan Indonesia agar tidak terpecah belah.

"Karena hal ini, Presiden Soekarno datang ke Bima pada 1950 menemui Sultan Muhammad Salahuddin dan menginap di istana Kesultanan Bima yang sekarang Museum ASI Mbojo," imbuhnya.

Berikut 10 fakta tentang sosok Sultan Muhammad Salahuddin seperti disampaikan oleh ahli waris (cucu) sekaligus kepala Museum Samparaja Bima, Dewi Ratna Muchlisa (Dae Dewi).



Simak Video "Video: Mengulik Sejarah dan Syarat Pemberian Gelar Pahlawan Nasional"


(iws/iws)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork