Konservasi Bentang Alam Mbeliling Flores dengan Mekanisme Berbasis Pasar

Ambrosius Ardin - detikBali
Kamis, 23 Okt 2025 20:13 WIB
Foto: Flores Programme Manager Burung Indonesia, Tiburtius Hani, dalam Inception Workshop di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Kamis (23/10/2025). (Ambrosius Ardin/detikBali)
Manggarai Barat -

Burung Indonesia, Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia, melakukan konservasi keragaman hayati dan perlindungan hutan jangka panjang melalui mekanisme berbasis pasar di Bentang Alam Mbeliling, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Terdapat banyak keragaman hayati termasuk sejumlah spesies burung endemik di Bentang Alam Mbeliling. Tempat ini juga sebagai daerah hulu, kawasan tangkapan air untuk sungai Wae Mese, sumber air baku untuk air bersih di Labuan Bajo.

Flores Programme Manager Burung Indonesia, Tiburtius Hani, mengakui kegiatan konservasi dengan mekanisme berbasis pasar ini belum familiar di tengah masyarakat. Bahkan ada yang pesimistis dengan konservasi dengan mekanisme berbasis pasar itu. Apalagi dengan adanya pengalaman bahwa kerusakan lingkungan juga disebabkan adanya eksploitasi untuk memenuhi permintaan pasar.

"Kita juga mengakui bahwa di masa lalu memang pasar ini sering juga menjadi penyebab kerusakan lingkungan karena tuntutan, misalnya produksi yang tinggi karena permintaan pasar dengan mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan, tidak peduli lagi dengan lingkungan," kata Tibur di Labuan Bajo, Kamis (23/10/2025).

Hal itu disampaikannya di sela kegiatan Inception Workshop konservasi keragaman hayati dan perlindungan hutan jangka panjang melalui mekanisme berbasis pasar di Bentang Alam Mbeliling. Workshop itu dihadiri Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, perwakilan hotel dan restoran, pengusaha air minum, LSM dan komunitas lainnya di Labuan Bajo.

Adapun yang dimaksud dengan mekanisme berbasis pasar dalam kegiatan konservasi, jelas Tibur, adalah adanya imbal jasa lingkungan. Artinya, masyarakat harus tergerak untuk mendukung orang atau komunitas yang melakukan kegiatan konservasi. Termasuk memperhatikan keberlangsungan hidup warga yang melakukan kegiatan konservasi tersebut.

Ia mencontohkan warga sejumlah desa yang melakukan kegiatan konservasi di Bentang Alam Mbeliling. Mereka menjaga hutan sebagai daerah tangkapan air untuk kebutuhan air bersih warga Labuan Bajo. Mereka bertani menanam kemiri dan pohon-pohon lainnya yang bisa berfungsi untuk tangkapan air atau disebut dengan agroforestri.



Simak Video "Video: Rencana WWF Indonesia Riset Populasi Dugong di Perairan Alor"


(hsa/hsa)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork