
Polisi Periksa Pihak Rumah Duka Abadi terkait 'Kartel Kremasi' di Jakbar
Polres Metro Jakbar mulai mengusut dugaan praktik 'kartel kremasi' jenazah pasien Corona. Pihak rumah duka kini sedang dimintai keterangan oleh pihak polisi.
Polres Metro Jakbar mulai mengusut dugaan praktik 'kartel kremasi' jenazah pasien Corona. Pihak rumah duka kini sedang dimintai keterangan oleh pihak polisi.
Dugaan 'kartel kremasi' membuat publik gerah. Bagaimana tidak, biaya untuk kremasi disebut-sebut tembus sampai Rp 80 juta. Lalu, berapa biaya normalnya?
LBH Jakarta mengecam pernyataan Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi, yang meminta Kapolda Metro Irjen Fadil Imran menembak mati pelaku kartel kremasi.
"Sedang dilidik ya. Kalau ada korbannya ikut membantu monggo silakan," kata Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto.
Beberapa pekan ini berembus isu 'kartel kremasi' jenazah pasien Corona. Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea ikut buka suara soal dugaan praktik ini.
"Bapak Kapolri turunkan anak buahmu tindak pengusaha rumah duka dengan biaya kremasi sangat gede," ujar Hotman Paris.
Polisi mulai menyelidiki pesan berantai 'diperas kartel kremasi' jenazah COVID-19 yang viral di media sosial. Pihak rumah duka akan dimintai keterangan.
Wagub DKI memberi peringatan kepada pengusaha agar tidak mencari keuntungan dengan menaikkan harga kremasi. Hal ini menyusul laporan warga soal kartel kremasi.
Polisi mulai mengusut viral warga yang 'diperas kartel kremasi' dalam pengurusan jenazah COVID-19. Pihak rumah duka akan dipanggil untuk dimintai keterangan.
Ketua DPRD Prasetio Edi Marsudi meminta pengusaha rumah duka bersikap baik. Dia minta polisi tembak mati pelaku kartel kremasi bila kartel itu benar-benar ada.