Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersama Bank Indonesia memperkuat langkah antisipasi inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Lewat High Level Meeting TPID dan TP2DD diharapkan kestabilan harga dapat terjaga dan pasokan komoditas pangan dalam kondisi aman.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru memberikan apresiasi terhadap capaian inflasi daerah sebesar 2,91% per 1 Desember, namun tetap diperlukan kewaspadaan.
"Kita sebagai pengendali inflasi terbaik tentu harus waspada. Cuaca ekstrem bisa membuat jalur distribusi terhambat sehingga supply-demand tidak stabil," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kemandirian pangan melalui program GSMP sebagai solusi jangka panjang. Menurutnya, kunci pengendalian inflasi adalah kemandirian pangan, selaras dengan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).
Selain itu, sektor digitalisasi daerah juga menjadi fokus melalui TP2DD, di mana Sumsel mempertahankan predikat terbaik nasional berkat perluasan akses jaringan, kerja sama dengan provider, dan dukungan dari jajaran perbankan seperti Bank Sumsel Babel. Pemprov juga memperkuat bantuan untuk daerah terdampak bencana dengan koordinasi bersama PMI dan Polri.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumsel Bambang Pramono menjelaskan pertemuan ini penting sebagai bagian evaluasi rutin sekaligus persiapan Nataru. BI terus menganalisis pola inflasi tiga tahun terakhir untuk mengidentifikasi komoditas penyumbang inflasi dan merumuskan intervensi yang tepat.
"Kita pelajari komoditas apa saja yang jadi masalah dan penyebab inflasi, lalu kita intervensi. Biasanya kalau Nataru, kita gunakan kebijakan jangka pendek seperti operasi pasar dan pangan murah," jelas Bambang.
Bambang menambahkan munculnya potensi fluktuasi harga akibat kondisi global turut menjadi sorotan. Salah satunya adalah harga emas yang terdampak inflasi impor.
"Harga emas itu terkait global, susah kita kontrol. Tetapi dampaknya ke inflasi inti tetap harus kita jaga," tambahnya.
Selain itu, cuaca ekstrem dan bencana di daerah pemasok seperti Sumatera Barat dapat memengaruhi komoditas seperti cabai dan bawang menjadi perhatian utama apabila pasokan terganggu. Jika suplai dari daerah terdampak bencana terhambat, pihaknya akan menyiapkan alternatif daerah pemasok.
Pengaktifan kerja sama dengan daerah alternatif seperti Jawa Barat dan Subang, sesuai MoU yang telah ada merupakan salah satu alternatif yang akan dilakukan.
"Kami sudah punya MoU, tinggal aktivasi. Kalau daerah pemasok terdampak bencana, kita langsung cari alternatif," jelas Bambang.
Untuk periode Nataru, BI menyiapkan kebijakan jangka pendek seperti operasi pasar dan pangan murah, yang digelar lebih intensif dan terarah. Evaluasi dilakukan untuk memastikan program tepat komoditas, tepat sasaran, dan tepat lokasi.
Selain pengendalian inflasi, pertemuan ini juga membahas percepatan digitalisasi daerah. Herman Deru menyebut prestasi Sumsel sebagai wilayah dengan perluasan digitalisasi terbaik berkat kerja sama pemerintah dan perbankan. Ia juga meminta penguatan akses keuangan daerah untuk mempertahankan capaian tersebut.
Dengan strategi jangka pendek seperti operasi pasar dan jangka panjang berupa penguatan lumbung pangan, Sumsel menargetkan inflasi tetap terkendali meski memasuki periode permintaan tinggi di akhir tahun.
Simak Video "Video Kakorlantas: Prediksi Puncak Mudik Nataru 20 dan 24 Desember"
(dai/dai)