Sebuah desa kecil di Prancis terbengkalai dan tersisa reruntuhan dinding batu bata. Bukan karena ditinggal, tetapi desa itu telah dihancurkan dan penduduknya dibantai.
Dilansir dari France 24, Selasa (2/12/2025), selama lebih dari 80 tahun, Oradour-sur-Glane dibiarkan hancur dan tidak pernah diperbaiki lagi. Bangunan desa runtuh, atapnya hilang, dan dindingnya tertutup lumut.
Beberapa bangunan yang runtuh dan menghitam masih terpampang tanda seperti 'Penata Rambut', 'Kafe', atau 'Pabrik Besi'. Semuanya menjadi pengingat pernah ada kehidupan di kota mati ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain bangunan, berbagai benda sehari-hari juga dibiarkan teronggok di sini. Masih ada sepeda berkarat, mesin jahit, dan rangka mobil kuno yang tersebar di lebih dari 10 hektare.
Bersama dengan sisa batu-batuan bangunan, desa ini menjadi saksi bisu tragedi pembantaian yang keji. Tepatnya pada 10 Juni 1944, 643 warga dibantai oleh pasukan Waffen-SS yang merupakan bagian dari Nazi Jerman.
Pasukan Jerman mengumpulkan semua orang yang mereka temukan di desa dan membantai pria, wanita, dan anak-anak. Pasukan itu juga membakar atau merobohkan bangunan serta menghancurkan sebuah gereja. Desa ini pun menjadi pengingat akan kekejaman Nazi.
Sejak peristiwa itu, Oradour-sur-Glane sengaja dibiarkan hampir tak tersentuh. Bangunan-bangunannya terancam semakin rusak sehingga memicu upaya untuk melestarikan situs tersebut.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Presiden Prancis Charles de Gaulle mengatakan 'desa martir' itu tidak boleh dibangun kembali. Desa ini justru harus dilestarikan sebagai pengingat kengerian pendudukan Nazi bagi generasi pascaperang. Pemerintah pun mengalokasikan sekitar 200.000 Euro atau setara Rp 3,85 miliar (kurs Rp 19.288) setiap tahun untuk perawatan.
Akan tetapi, Wakil Direktur Regional untuk Warisan dan Arsitektur, Laetitia Morellet, merasa dibutuhkan lebih banyak anggaran. Pihaknya ingin melestarikan Oradour-sur-Glane.
"Kami tidak ingin mengembalikan apa yang telah hancur. Kami ingin melestarikan kondisi kehancuran karena itulah yang membantu orang-orang memahami kejahatan perang ini," ujarnya kepada AFP, dikutip dari France 24, Senin (1/12/2025).
Dikutip dari situs Nasional WWII Museum, sisa reruntuhan desa itu masih ada hingga sekarang. Kota mati ini seakan membeku sebagaimana kondisi terakhir pada 1944.
Oradour-sur-Glane tersebut kini dikelola oleh Kementerian Kebudayaan. Luasnya sekitar 40 hektare dan dikunjungi sekitar 300.000 wisatawan setiap tahunnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/das)










































