Kreatif! Seniman Jepang Bikin Karya Seni dari Mengukir Daun

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Seorang seniman Jepang yang dikenal dengan nama Lito mengukir desain-desain halus pada daun-daun yang gugur, sehingga daun-daun itu kembali hidup. Di antara karyanya berupa katak memegang payung daun talas, parade hewan yang sedang bermain-main, Gunung Fuji bergaya Ukiyo-e dan ombak raksasa.

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Dunia seni Lito yang halus, yang dimulainya pada tahun 2020 dan diunggahnya di media sosial hampir setiap hari, telah memikat penggemar dari seluruh dunia. Seni daun juga memberinya pelipur lara setelah sebelumnya berjuang melawan gangguan hiperaktivitas akibat kekurangan perhatian, dan tujuan hidup — kegembiraan membuat orang lain bahagia dengan seninya.

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Lito senang bekerja di malam hari. Dari tumpukan daun yang diolah dengan bahan kimia anti-kerut, ia memilih satu dan meletakkannya di talenan. Pertama, ia menguraikan desain pada daun dengan pena di tangan kanannya. Kemudian, ia mengambil pisau desain di tangan kirinya dan mulai memotong daun dengan hati-hati. Secara perlahan, daun tersebut mulai berbentuk seperti katak yang membawa payung.

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Pekerjaan yang lebih rumit dan sangat intensif pada satu daun dapat memakan waktu lebih dari delapan jam untuk diselesaikan. Karya-karyanya dalam memotong daun mencakup judul-judul seperti “Scrolls of Frolicking Animals,” “Leaf Aquarium,” dan “Thirty-six Views of Mt. Fuji: The Great Wave off Kanagawa.” Setiap potongan memiliki sentuhannya sendiri, dan sering kali menggunakan hewan.

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Sejak kecil, Lito mengatakan ia memiliki tingkat konsentrasi dan kesabaran yang tinggi. Namun, ia kesulitan menyesuaikan diri. Setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan, ia pergi ke rumah sakit pada usia 30 tahun dan diberi tahu bahwa ia menderita ADHD, diagnosis yang menurutnya menjelaskan mengapa ia selalu melakukan hal-hal secara berbeda.

Japanese leaf-cutting artist, who goes by the name Lito, holds his freshly cut work featuring a frog with an umbrella, during an interview in Tokyo Wednesday, Nov. 27, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)

Ia tidak melihat ada gunanya memaksakan diri untuk melakukan hal-hal dengan cara yang sama seperti orang lain, dan mulai menyesuaikan hidupnya. Lito menemukan seni memotong daun. Ia melihatnya sebagai cara yang tepat untuk menggunakan kesabaran dan konsentrasinya.

Seorang seniman Jepang yang dikenal dengan nama Lito mengukir desain-desain halus pada daun-daun yang gugur, sehingga daun-daun itu kembali hidup. Di antara karyanya berupa katak memegang payung daun talas, parade hewan yang sedang bermain-main, Gunung Fuji bergaya Ukiyo-e dan ombak raksasa.
Dunia seni Lito yang halus, yang dimulainya pada tahun 2020 dan diunggahnya di media sosial hampir setiap hari, telah memikat penggemar dari seluruh dunia. Seni daun juga memberinya pelipur lara setelah sebelumnya berjuang melawan gangguan hiperaktivitas akibat kekurangan perhatian, dan tujuan hidup — kegembiraan membuat orang lain bahagia dengan seninya.
Lito senang bekerja di malam hari. Dari tumpukan daun yang diolah dengan bahan kimia anti-kerut, ia memilih satu dan meletakkannya di talenan. Pertama, ia menguraikan desain pada daun dengan pena di tangan kanannya. Kemudian, ia mengambil pisau desain di tangan kirinya dan mulai memotong daun dengan hati-hati. Secara perlahan, daun tersebut mulai berbentuk seperti katak yang membawa payung.
Pekerjaan yang lebih rumit dan sangat intensif pada satu daun dapat memakan waktu lebih dari delapan jam untuk diselesaikan. Karya-karyanya dalam memotong daun mencakup judul-judul seperti “Scrolls of Frolicking Animals,” “Leaf Aquarium,” dan “Thirty-six Views of Mt. Fuji: The Great Wave off Kanagawa.” Setiap potongan memiliki sentuhannya sendiri, dan sering kali menggunakan hewan.
Sejak kecil, Lito mengatakan ia memiliki tingkat konsentrasi dan kesabaran yang tinggi. Namun, ia kesulitan menyesuaikan diri. Setelah bertahun-tahun mengalami kesulitan, ia pergi ke rumah sakit pada usia 30 tahun dan diberi tahu bahwa ia menderita ADHD, diagnosis yang menurutnya menjelaskan mengapa ia selalu melakukan hal-hal secara berbeda.
Ia tidak melihat ada gunanya memaksakan diri untuk melakukan hal-hal dengan cara yang sama seperti orang lain, dan mulai menyesuaikan hidupnya. Lito menemukan seni memotong daun. Ia melihatnya sebagai cara yang tepat untuk menggunakan kesabaran dan konsentrasinya.