Sederet Potret Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang

Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Tetua adat membakar kayu gaharu. Sebelum prosesi utama dimulai, aroma khas kayu gaharu yang dibakar oleh para tetua adat menyeruak, menciptakan atmosfer yang sakral.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Barisan Pasukan 1.000. Pasukan perkasa ini tidak datang dengan tangan kosong. Mereka lengkap membawa peralatan perang seperti mandau, tombak, perisai, hingga sumpit.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Aksesori tengkorak dan taring yang mereka kenakan menambah kesan garang barisan pengawal sang calon pemimpin.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Salah seorang tetua melantunkan Neteng Mengei atau lantunan doa kepada pencipta alam semesta dengan harapan acara penobatan Radcha Bawang berjalan lancar.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Sebelum penobatan, Wempi terlebih dahulu melakukan prosesi 'Ngukab Dalan', yakni memotong rotan yang melintang sebagai simbol membuka dan membersihkan segala rintangan.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Puncak acara ditandai dengan pemasangan atribut kebesaran Radcha Bawang oleh para tetua adat kepada Wempi W Mawa. Setiap atribut memiliki makna mendalam mulai dari Fata Sigar, Bakad Talun dan Busu dan Utap.
Penobatan Bupati Malinau sebagai pemimpin adat Dayak Lundayeh.
Dengan terpasangnya ketiga atribut tersebut, Wempi W Mawa resmi menyandang gelar 'Radcha Bawang'. Usai dinobatkan, prosesi yang paling ditunggu pun tiba. Sang 'Radcha Bawang' berjalan menuju sebuah patung buaya untuk melakukan 'Natak Janji' atau pernyataan tekad dan sumpah. Dengan tangan kanan terangkat sambil memegang mandau, Wempi dengan suara lantang mengucapkan sumpahnya dalam bahasa Lundayeh.


Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Janji tersebut diakhiri dengan gerakan simbolis menebas kepala patung buaya, sebagai tanda kesediaannya memimpin dan membangun wilayah menuju kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.
Penobatan Bupati Malinau Sebagai Radcha Bawang
Tarian massal yang dilakukan 1.000 penari.
Tetua adat membakar kayu gaharu. Sebelum prosesi utama dimulai, aroma khas kayu gaharu yang dibakar oleh para tetua adat menyeruak, menciptakan atmosfer yang sakral.
Barisan Pasukan 1.000. Pasukan perkasa ini tidak datang dengan tangan kosong. Mereka lengkap membawa peralatan perang seperti mandau, tombak, perisai, hingga sumpit.
Aksesori tengkorak dan taring yang mereka kenakan menambah kesan garang barisan pengawal sang calon pemimpin.
Salah seorang tetua melantunkan Neteng Mengei atau lantunan doa kepada pencipta alam semesta dengan harapan acara penobatan Radcha Bawang berjalan lancar.
Sebelum penobatan, Wempi terlebih dahulu melakukan prosesi Ngukab Dalan, yakni memotong rotan yang melintang sebagai simbol membuka dan membersihkan segala rintangan.
Puncak acara ditandai dengan pemasangan atribut kebesaran Radcha Bawang oleh para tetua adat kepada Wempi W Mawa. Setiap atribut memiliki makna mendalam mulai dari Fata Sigar, Bakad Talun dan Busu dan Utap.
Dengan terpasangnya ketiga atribut tersebut, Wempi W Mawa resmi menyandang gelar Radcha Bawang. Usai dinobatkan, prosesi yang paling ditunggu pun tiba. Sang Radcha Bawang berjalan menuju sebuah patung buaya untuk melakukan Natak Janji atau pernyataan tekad dan sumpah. Dengan tangan kanan terangkat sambil memegang mandau, Wempi dengan suara lantang mengucapkan sumpahnya dalam bahasa Lundayeh.
Janji tersebut diakhiri dengan gerakan simbolis menebas kepala patung buaya, sebagai tanda kesediaannya memimpin dan membangun wilayah menuju kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera.
Tarian massal yang dilakukan 1.000 penari.