Keunikan Ritual Meliwah dari Dayak Kenyah di Irau Malinau

Suasana sakral menyelimuti Lapangan Padan Liu Burung, Malinau. Lembaga Adat Dayak Kenyah mempersembahkan upacara adat Meliwah, ialah ritual kuno yang sarat akan pesan pembersihan diri, perdamaian, dan persatuan.
Suasana sakral menyelimuti Lapangan Padan Liu Burung, Malinau. Lembaga Adat Dayak Kenyah mempersembahkan upacara adat Meliwah, ialah ritual kuno yang sarat akan pesan pembersihan diri, perdamaian, dan persatuan.

Berdasarkan pantauan detikKalimantan, sejumlah prosesi rangkaian adat istiadat Dayak Kenyah ditampilkan dengan menarik. Pria dan wanita kompak menggunakan baju khas Dayak dengan aksesoris yang dominan yakni bulu burung enggang. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
irau malinau
Sejumlah tari-tarian menunjukkan kebersamaan. Para kepala daerah, Kepala Forkopimda maupun OPD membaur bersama masyarakat dalam tarian yang penuh makna dan sakral.

Dipimpin oleh para tetua adat, prosesi ini bukan sekadar atraksi budaya, melainkan juga sebuah pernyataan komitmen untuk membangun Malinau dalam keharmonisan tanpa memandang suku dan agama. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
irau malinau
Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Marthin Billa, menjelaskan bahwa Meliwah memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Dayak Kenyah sejak zaman dahulu. Ritual ini melambangkan proses penyucian dari segala hal yang buruk.

Meliwah adalah jalan menuju perdamaian. Pada masa lampau, ritual ini digelar untuk mengakhiri perselisihan, fitnah, bahkan peperangan. Setelah Meliwah, semua noda dibersihkan dan diganti dengan semangat kekeluargaan.

Di tengah masyarakat Malinau yang terdiri dari 11 etnis, ritual ini menjadi pengingat untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi yang baik demi menjaga ketentraman. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Istri Bupati Malinau, Maylenty Wempi membidik target. (Oktavian Balang/detikKalimantan)
Selain Meliwah, kekhasan budaya Dayak Kenyah juga ditandai dengan simbol Burung Enggang atau Temenggang yang selalu hadir di setiap acara.

Di lain sisi, Pesta Rakyat Irau ke-11 dan perayaan HUT ke-26 Kabupaten Malinau jadi makin meriah saat Istri Bupati Malinau, Maylenty Wempi memainkan sumpit khas Suku Dayak. Anak sumpit yang ditiup Maylenty berhasil menembus balon, disambut tepuk tangan yang membahana dari ribuan warga yang memadati lapangan. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Band rock legendaris, Edane juga bersiap menggebrak panggung utama Pesta Rakyat Irau Malinau di Lapangan Padan Liu Burung, Sabtu (11/10) malam ini. Hentakan drum powerful Satritama dan raungan melodi Eet Sjahranie akan menggema pukul 21.00 Wita nanti.
Band rock legendaris, Edane juga bersiap menggebrak panggung utama Pesta Rakyat Irau Malinau di Lapangan Padan Liu Burung, Sabtu (11/10) malam ini. Hentakan drum powerful Satritama dan raungan melodi Eet Sjahranie akan menggema pukul 21.00 Wita nanti. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Suasana sakral menyelimuti Lapangan Padan Liu Burung, Malinau. Lembaga Adat Dayak Kenyah mempersembahkan upacara adat Meliwah, ialah ritual kuno yang sarat akan pesan pembersihan diri, perdamaian, dan persatuan. Berdasarkan pantauan detikKalimantan, sejumlah prosesi rangkaian adat istiadat Dayak Kenyah ditampilkan dengan menarik. Pria dan wanita kompak menggunakan baju khas Dayak dengan aksesoris yang dominan yakni bulu burung enggang. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Sejumlah tari-tarian menunjukkan kebersamaan. Para kepala daerah, Kepala Forkopimda maupun OPD membaur bersama masyarakat dalam tarian yang penuh makna dan sakral.Dipimpin oleh para tetua adat, prosesi ini bukan sekadar atraksi budaya, melainkan juga sebuah pernyataan komitmen untuk membangun Malinau dalam keharmonisan tanpa memandang suku dan agama. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Marthin Billa, menjelaskan bahwa Meliwah memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Dayak Kenyah sejak zaman dahulu. Ritual ini melambangkan proses penyucian dari segala hal yang buruk.Meliwah adalah jalan menuju perdamaian. Pada masa lampau, ritual ini digelar untuk mengakhiri perselisihan, fitnah, bahkan peperangan. Setelah Meliwah, semua noda dibersihkan dan diganti dengan semangat kekeluargaan.Di tengah masyarakat Malinau yang terdiri dari 11 etnis, ritual ini menjadi pengingat untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi yang baik demi menjaga ketentraman. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Selain Meliwah, kekhasan budaya Dayak Kenyah juga ditandai dengan simbol Burung Enggang atau Temenggang yang selalu hadir di setiap acara.Di lain sisi, Pesta Rakyat Irau ke-11 dan perayaan HUT ke-26 Kabupaten Malinau jadi makin meriah saat Istri Bupati Malinau, Maylenty Wempi memainkan sumpit khas Suku Dayak. Anak sumpit yang ditiup Maylenty berhasil menembus balon, disambut tepuk tangan yang membahana dari ribuan warga yang memadati lapangan. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Band rock legendaris, Edane juga bersiap menggebrak panggung utama Pesta Rakyat Irau Malinau di Lapangan Padan Liu Burung, Sabtu (11/10) malam ini. Hentakan drum powerful Satritama dan raungan melodi Eet Sjahranie akan menggema pukul 21.00 Wita nanti. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan