Dari kejauhan, terowongan ini tampak menyatu dengan lanskap perbukitan Samarinda. Dengan panjang 700 meter, lebar 10 meter, dan tinggi 5 meter, terowongan ini dirancang untuk mengurangi kemacetan di kawasan Gunung Manggah sekaligus meningkatkan keselamatan lalu lintas.
Dari jarak menengah, terlihat aktivitas pembangunan yang masih berlangsung. Dengan anggaran Rp 395,9 miliar dan progres mencapai 91,7 persen, terowongan ini ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2025.
Pintu masuk Terowongan Samarinda berdiri megah di kaki Gunung Manggah. Lengkungan beton ini menjadi penanda awal dari proyek infrastruktur monumental yang dibangun sepenuhnya oleh tenaga lokal.
Dari sisi kiri, terlihat detail konstruksi dengan metode NATM (New Austrian Tunneling Method). Metode ini memungkinkan penggalian, pengerasan, dan pelapisan dilakukan secara bersamaan sehingga mempercepat proses tanpa mengorbankan kualitas dan keselamatan.
Sisi kanan memperlihatkan struktur penahan yang kokoh, dirancang untuk menahan tekanan tanah dan menjaga stabilitas terowongan. Sistem drainase juga telah disiapkan agar terhindar dari genangan air.