Peristiwa banjir bandang dan longsor yang melanda di sejumlah wilayah pulau Sumatera turut membuat cemas putra daerah yang sedang merantau. Mereka berharap keluarga yang selamat segera mendapatkan pertolongan dan yang masih hilang dapat segera ditemukan.
Salah satu cerita datang dari Glennio Sahat Solu Sihombing, mahasiswa asal Sumatera Utara (Sumut). Glen tengah menempuh pendidikan di Universitas Palangka Raya (UPR), Kalimantan Tengah.
Ia mengungkap ayah dan adiknya di Tapanuli Tengah sempat hilang kabar, menyisakan ibunya seorang diri. Beruntung kini ayah dan adiknya sudah berhasil ditemukan dan telah dievakuasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kabar keluargaku sekarang udah aman. Bapak, mamak, sama adek udah dievakuasi," ujar Glen kepada detikKalimantan, Selasa (2/12/2025).
Namun, paman dan kawan dekatnya di kampung dikabarkan telah meninggal terseret arus. Jenazahnya sempat ditemukan, tetapi kini masih hilang setelah hanyut tersapu banjir susulan.
"Cuma untuk tulang (paman) dan kawan dekat aku udah hanyut gak keliatan lagi jenazahnya. Kemarin kan di gelombang pertama pas banjir kan udah ketemu jenazahnya, meninggal. Cuman pas di gelombang kedua ni tehanyut karena gelombang kedua lebih besar lagi banjirnya," ungkapnya.
Mahasiswa Ilmu Hukum itu tidak cuma sedih, tapi juga marah. Menurutnya kejadian ini bukan hanya sekedar bencana oleh alam, tetapi ada campur tangan manusia yang berlebihan mengeksploitasi alam dan hutan demi profit.
"Rasanya campur aduk. Karena kalau merasa sedih pasti sedih, cuma kita enggak menutup juga rasa amarah kita terhadap peristiwa itu," ungkap Glen.
Glen menilai peristiwa yang melanda tiga wilayah di Sumatera yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh merupakan persoalan yang kompleks. Dari informasi keluarganya di kampung, terjadi pembukaan lahan yang massif khususnya di Tapanuli Tengah (Tapteng).
"Sebenarnya cukup kompleks masalah ini. Kemarin sebelumnya saya sempat tanya dengan keluarga bahwa kemarin itu sempat ada pembukaan besar-besaran disana secara massif, ada pembukaan lahan juga. Ada salah satu tambang emas juga, itu posisinya sudah tidak kompatibel ketika dibuka tambang maupun penebangan," terang Glen.
Glen menilai peristiwa yang terjadi di Sumatera mungkin juga bisa terjadi di wilayah lain yang mengalami deforestasi, salah satunya Kalimantan. Ia juga berharap penanganan bencana dan pemulihan di Sumatera dapat disegerakan.
Dilansir detikSumut, deforestasi di sekeliling wilayah terdampak banjir bandang sangat tinggi. Hal tersebut disampaikan Rianda Purba, Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Utara. Rianda mendasarkan pendapatnya pada sejumlah video yang viral memperlihatkan batang-batang pohon hanyut bersama terjangan banjir bandang. Netizen menduga itu merupakan praktek ilegal logging yang ikut memperparah banjir dan longsor.
"Di Kecamatan Batang Toru, yang meluap itu Sungai Batang Toru. Di hulunya ada tiga sumber aliran air yang tutupan hutannya sebagian sudah hilang," kata Rianda.
