Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi enam wilayah di Kalimantan Tengah (Kalteng) akan alami curah hujan tinggi. Cuaca tersebut diprediksi terjadi pada Dasarian I Desember 2025 (tanggal 1 sampai 10 Desember 2025).
Prakirawan Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut Palangka Raya, Lian Adriani menerangkan beberapa wilayah hulu dan hilir di Kalteng berstatus waspada. Curah hujan diperkirakan setinggi 150-200 mili meter (mm) selama Dasarian I Desember 2025.
Pada wilayah hulu diprediksi terjadi di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara. Wilayah hilir terjadi di Kabupaten Seruyan, Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Sukamara.
"Peringatan dini curah hujan tinggi dengan kategori Waspada terjadi di wilayah Murung Raya, Barito Utara, kemudian Seruyan, Lamandau, Kotawaringin Barat dan Sukamara," ujarnya kepada detikKalimantan, Senin (1/12/2025).
Lian menjelaskan tingginya curah hujan pada dasarian tersebut diperkirakan adanya gangguan atmosfer, seperti gangguan fenomena Kelvin yang dapat meningkatkan curah hujan. Kelembaban udara juga turut mempengaruhi intensitas hujan.
"Gangguan fenomena Kelvin secara spasial terprediksi aktif di Pulau Kalimantan bagian Selatan. Daerah belokan angin dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau di wilayah Kalimantan Tengah," jelasnya.
"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Didukung oleh kelembaban udara yang cukup basah, labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal juga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalimantan Tengah," imbuhnya.
Selain itu berdasarkan laporan BMKG hingga Dasarian III November 2025, Kalteng telah mengalami hujan secara keseluruhan. Melalui peringatan dini ini Lian berharap agar dapat dijadikan acuan mitigasi terhadap dampak cuaca.
"Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya informasi ini bisa dijadikan kewaspadaan dan pertimbangan untuk melakukan langkah mitigasi dampak dari kedua kondisi tersebut," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kepala Daerah Kerap Salahkan Hujan saat Bencana, Padahal Tata Ruang"
(aau/aau)