Dua murid SMK Negeri (SMKN) 1 Pundong, Kabupaten Bantul, bersama seorang guru membuat alat early warning system (EWS) untuk mendeteksi banjir. EWS berbentuk tabung ini selanjutnya dihibahkan ke salah satu masjid di Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul.
Pantauan detikJogja, tampak dua orang berkemeja oranye kombinasi abu-abu sibuk memasang sebuah pipa berukuran cukup besar di pinggir Sungai Oya, Pengkol. Selanjutnya, kedua orang itu memasang sensor berbentuk persegi panjang ke dalam pipa yang pinggirnya sudah dilubangi.
Setelah itu, keduanya mengetes alat tersebut dengan mengalirkan air dari selang ke dalam pipa. Ketika air menyentuh kedalaman tertentu tiba-tiba berbunyi alarm dari pengeras suara yang terpasang di samping pengeras suara masjid. Ternyata hal itu membuktikan jika EWS berfungsi dengan baik.
Satu dari dua murid yang membuat EWS banjir, Ikhwan Sidik menjelaskan bahwa ide membuat EWS ini muncul dari salah satu guru pembimbingnya pada bulan September lalu. Selanjutnya, murid kelas XI jurusan teknik elektronika ini mulai mengumpulkan bahan-bahan pembuat EWS bersama rekan satu jurusannya yakni Evan Setiaga Pratama.
"Alat ini idenya dari pembimbing kami Bapak Sumarwan," kata Ikhwan kepada wartawan usai pemasangan EWS banjir di Pengkol, Rabu (1/11/2023).
Menurutnya, perencanaan EWS memakan waktu beberapa pekan. Sementara waktu pembuatan EWS banjir beberapa hari.
"Untuk proses pembuatannya sekitar lima hari sampai dengan pemasangan di lokasi. Hari pertama mendesain PCB (Printed Circuit Board), pelarutan, dan pengeboran PCB," ucapnya.
"Hari kedua memasang rangkaian dan melakukan penyolderan komponen. Hari ketiga instalasi rangkaian pada boks modul. Hari keempat penyempurnaan dan pengujian dan hari terakhir pemasang di lokasi," lanjut Ikhwan.
Disebutnya, dalam proses pembuatan tidak menemui kesulitan berarti karena bisa teratasi. "Kesulitan ada, misal bingung kok tidak berfungsi dan lain-lain," ujarnya.
Terkait bahan baku EWS, Ikhwan menyebut menggunakan paralon yang dilubangi. Selanjutnya, memasukkan sensor elektroda ke dalam pipa tersebut.
"Bahannya pakai pipa paralon yang dilubangi biar air bisa masuk dan dua sensor elektroda bisa ditempel di pipa. Teknisnya, kalau air menyentuh sensor itu otomatis mengirimkan sinyal pada pengeras suara yang kita pasang di masjid ini," ujarnya.
Pihaknya juga menyediakan aki dan charger aki agar saat mati listrik EWS tetap berfungsi. Mengingat banjir tidak bisa diprediksi kapan datangnya dan masyarakat bisa lebih siap jika mengetahui datangnya banjir.
"Nantinya jika air sungai mulai naik sampai menyentuh sensor satu sirene akan berbunyi dengan intonasi pelan selama enam menit sebagai tanda siaga," katanya.
"Kalau air sudah menyentuh sensor dua maka sirene akan berbunyi dengan intonasi lebih cepat selama enam menit sebagai tanda bahaya banjir," imbuh Ikhwan.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/dil)