Rini Astuti menangis tersedu-sedu saat ditanya terkait kematian Tukinem (50), ibu kandungnya. Meski telah jadi tersangka, ia membantah telah menyiksa ibunya dengan cara digelonggong air dan dijejali ikan teri hingga tewas.
"Ibu saya mengeluh sakit perut dan dada, dia yang minta sendiri untuk diobati. Tujuan dimasukkan air dan ikan teri agar bisa sembuh dan penyakitnya keluar," kata Rini dalam jumpa pers di Mapolres Trenggalek saat itu.
Di kasus tewasnya Tukinem ini, polisi tak hanya menetapkan Rini sebagai tersangka, namun ada enam tersangka lainnya yakni Jayadi Budi (suami Rini), sebagai pelaku utama.
Sedangkan lima tersangka lainnya adalah Jemitun (adik kandung Rini) Suyono (adik ipar), Katenun (adik ipar), Apriliani (keponakan) dan Andris Prasetyo (keponakan) yang berperan membantu.
Seluruhnya dihadirkan dalam jumpa pers dengan mengenakan pakaian tahanan biru tua dengan penutup kepala dan wajah. Rini bahkan sempat pingsan karena terus menangis menyesali kematian ibunya.
Pembunuhan terhadap Tukinem yang dilakukan anak, menantu, dan cucunya ini berawal saat Rini menggelar ritual atau selamatan untuk kesembuhan anggota keluarga.
Ritual yang dilakukan Rini dan keluarganya ini digelar tiga hari sejak Jumat, 2 Maret 2018 hingga Minggu, 4 Maret 2018. Selama ritual ini, mereka menyembelih 5 ekor ayam dan memasak nasi kuning sebagai kelengkapan ritual.
Mereka juga membakar dupa di setiap rumah anggota keluarga yang saling berdampingan di Dusun Jerukgulung Bancang RT 01 RW 01 Desa Surenlor, Bendungan, Kabupaten Trenggalek.
Pada hari terakhir ritual atau Minggu, 4 Maret 2018 sore, Rini dan keluarganya kemudian mandi untuk membersihkan diri. Tukinem yang saat itu tengah duduk-duduk di teras rumah dipanggil Rini untuk ikut mandi.
"Mbok, reneo ayo adus ben resik (bu, ke sini ayo mandi biar bersih)," kata Rini memanggil Tukinem untuk mendekat ke halaman rumah.
(abq/iwd)