Potret Ketangguhan Ibu Aisyah yang Bekerja Menambal Ban Truk

Debu siang itu menyelimuti Garasi 66 Kalianak, tempat truk-truk parkir untuk beristirahat. Di sudut area, seorang perempuan tampak sibuk dengan rutinitasnya yakni Siti Aisyah.

Dengan wearpack penuh oli dan tangan yang cekatan memegang velg, perempuan 35 tahun itu terus bekerja meski jelas rasa lelah menempel di wajahnya.

Aisyah merantau dari Karawang dan sudah 16 tahun mengadu nasib di Surabaya. Ia pekerja lepas, kadang menunggu panggilan, kadang membuka lapak darurat. Untuk menyewa tempat permanen saja biayanya bisa tembus Rp 7 juta.

Sebagai penambal ban truk, risikonya besar. Bahkan, ia dan suaminya sudah empat kali mengalami kejadian ban meledak.

Semua dikerjakan tanpa alat keselamatan, tanpa asuransi, tanpa jaminan apa pun. Hanya iman dan tasbih digital di jarinya yang menjadi penenang.

Di balik wajahnya yang kerap dipenuhi peluh dan oli, ribuan orang justru mengenalnya lewat TikTok. Ia mulai live karena sepi setelah suaminya kecelakaan. Tak disangka, banyak warganet yang tersentuh.

Aisyah bukan sekadar menambal ban. Ia menambal hidup, menambal harapan, dan menambal semangat banyak orang yang diam-diam belajar darinya. Bahwa perempuan pun berhak kuat dalam semua peran.

Debu siang itu menyelimuti Garasi 66 Kalianak, tempat truk-truk parkir untuk beristirahat. Di sudut area, seorang perempuan tampak sibuk dengan rutinitasnya yakni Siti Aisyah.
Dengan wearpack penuh oli dan tangan yang cekatan memegang velg, perempuan 35 tahun itu terus bekerja meski jelas rasa lelah menempel di wajahnya.
Aisyah merantau dari Karawang dan sudah 16 tahun mengadu nasib di Surabaya. Ia pekerja lepas, kadang menunggu panggilan, kadang membuka lapak darurat. Untuk menyewa tempat permanen saja biayanya bisa tembus Rp 7 juta.
Sebagai penambal ban truk, risikonya besar. Bahkan, ia dan suaminya sudah empat kali mengalami kejadian ban meledak.
Semua dikerjakan tanpa alat keselamatan, tanpa asuransi, tanpa jaminan apa pun. Hanya iman dan tasbih digital di jarinya yang menjadi penenang.
Di balik wajahnya yang kerap dipenuhi peluh dan oli, ribuan orang justru mengenalnya lewat TikTok. Ia mulai live karena sepi setelah suaminya kecelakaan. Tak disangka, banyak warganet yang tersentuh.
Aisyah bukan sekadar menambal ban. Ia menambal hidup, menambal harapan, dan menambal semangat banyak orang yang diam-diam belajar darinya. Bahwa perempuan pun berhak kuat dalam semua peran.