Petani Muda Tulungagung Sukses Kembangkan Melon Premium

Adalah Hanggi Chendras Yusak (33), petani muda yang kini fokus membudidayakan melon premium menggunakan teknologi hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Deretan tanaman melon premium tampak tumbuh rapi di dalam sebuah green house di Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung. Dari luar terlihat biasa saja, namun di baliknya tersimpan inovasi anak muda yang serius mengembangkan pertanian modern.
Sistem ini mengandalkan aliran air penuh nutrisi yang mengalir melalui pipa-pipa khusus.
Hanggi menanam varietas Honey Globe, melon premium berkulit polos yang dikenal manis dan juicy. Varietas ini dipilih karena perawatannya relatif mudah serta memiliki harga jual lebih tinggi. Untuk harga jualnya 1 kg antara Rp25–30 ribu, jauh lebih mahal dari melon biasa.
Mantan pegawai bank swasta itu mulai terjun ke dunia pertanian pada awal 2024. Berbekal ilmu otodidak dari media sosial, ia nekat mencoba bertanam melon hidroponik. Namun upaya pertamanya gagal karena kesalahan dalam meracik nutrisi.
Tidak menyerah, Hanggi lalu memperluas jaringan dan belajar langsung dari para petani melon di daerahnya. Pada musim tanam kedua, ia akhirnya berhasil panen.
Adalah Hanggi Chendras Yusak (33), petani muda yang kini fokus membudidayakan melon premium menggunakan teknologi hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Deretan tanaman melon premium tampak tumbuh rapi di dalam sebuah green house di Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, Tulungagung. Dari luar terlihat biasa saja, namun di baliknya tersimpan inovasi anak muda yang serius mengembangkan pertanian modern.
Sistem ini mengandalkan aliran air penuh nutrisi yang mengalir melalui pipa-pipa khusus.
Hanggi menanam varietas Honey Globe, melon premium berkulit polos yang dikenal manis dan juicy. Varietas ini dipilih karena perawatannya relatif mudah serta memiliki harga jual lebih tinggi. Untuk harga jualnya 1 kg antara Rp25–30 ribu, jauh lebih mahal dari melon biasa.
Mantan pegawai bank swasta itu mulai terjun ke dunia pertanian pada awal 2024. Berbekal ilmu otodidak dari media sosial, ia nekat mencoba bertanam melon hidroponik. Namun upaya pertamanya gagal karena kesalahan dalam meracik nutrisi.
Tidak menyerah, Hanggi lalu memperluas jaringan dan belajar langsung dari para petani melon di daerahnya. Pada musim tanam kedua, ia akhirnya berhasil panen.