Perajin Tusuk Sate di Mojokerto

Perajin bernama Tumiarsih (63) menancapkan bilah bambu ke lubang alat serut tradisional. Setelah 12 lubang terisi, ia menariknya satu per satu dari sisi belakang menggunakan tang. Seketika bilah bambu menjadi lebih halus dan rapi.
Baru lah setiap bilah ia runcingkan menggunakan gerinda berpenggerak dinamo. Dalam sehari ia bisa membuat 30 ribu tusuk sate. Dengan harga jual hanya Rp 35/biji, maka omzetnya Rp 1.050.000/bulan.
Sama halnya dengan Suwaji (67) juga menjadi perajin tusuk sate tradisional yang tersisa di Dusun Tangunan. Bapak 2 anak ini memulai usaha ini sejak 1994 silam.
Suwaji juga memproduksi tusuk sate ayam dan kambing berbahan bambu duri. Setiap bambu seharga Rp 25.000 menghasilkan 15-20 ribu biji tusuk sate. Sedangkan bambu yang lebih kecil seharga Rp 15.000 menghasilkan 5-10 ribu biji tusuk.
Pada momen Idul Adha para perajin tusuk sate mendapatkan permintaan lebih dari pelanggan mereka.
Perajin bernama Tumiarsih (63) menancapkan bilah bambu ke lubang alat serut tradisional. Setelah 12 lubang terisi, ia menariknya satu per satu dari sisi belakang menggunakan tang. Seketika bilah bambu menjadi lebih halus dan rapi.
Baru lah setiap bilah ia runcingkan menggunakan gerinda berpenggerak dinamo. Dalam sehari ia bisa membuat 30 ribu tusuk sate. Dengan harga jual hanya Rp 35/biji, maka omzetnya Rp 1.050.000/bulan.
Sama halnya dengan Suwaji (67) juga menjadi perajin tusuk sate tradisional yang tersisa di Dusun Tangunan. Bapak 2 anak ini memulai usaha ini sejak 1994 silam.
Suwaji juga memproduksi tusuk sate ayam dan kambing berbahan bambu duri. Setiap bambu seharga Rp 25.000 menghasilkan 15-20 ribu biji tusuk sate. Sedangkan bambu yang lebih kecil seharga Rp 15.000 menghasilkan 5-10 ribu biji tusuk.
Pada momen Idul Adha para perajin tusuk sate mendapatkan permintaan lebih dari pelanggan mereka.