Tepat 19 tahun lalu, 29 Mei 2006, bencana semburan lumpur panas di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo terjadi.
Semburan lumpur panas pertama kali muncul pada 29 Mei 2006 sekitar pukul 05.30 WIB, hanya berjarak sekitar 150 meter dari permukiman warga Kelurahan Siring.
Kejadian itu terjadi setelah pengeboran sumur Banjarpanji 1 oleh PT Lapindo Brantas yang sebelumnya telah mendapat peringatan agar memasang pipa selubung, namun diabaikan.
Tugu Kuning yang berada di Jalan Raya Porong Lama, tepatnya di titik 10 A, Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, kini tinggal kenangan.
Tugu yang dahulu berdiri kokoh sebagai penanda wilayah dan kebanggaan warga Siring, kini tampak miring dan nyaris tertimbun oleh tanggul penahan lumpur.
Dua pilar beton berdiri kokoh di tengah jalan Porong lama. Bangunan itu dikenal warga dengan sebutan Tol Buntung atau Tol Pedot, menjadi saksi bisu dari tragedi semburan lumpur panas Lapindo yang terjadi hampir dua dekade silam.
Hampir dua dekade sejak semburan lumpur Lapindo terjadi, warga di Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, masih harus hidup dalam bayang-bayang bencana.
Semburan Lumpur Lapindo yang terjadi 19 tahun silam masih menyisakan luka mendalam bagi para korban. Salah satunya dialami Devi Purbawiyanto (34), warga Kelurahan Siring, Porong, Sidoarjo. Ia adalah anak dari almarhumah Purwaningsih (66), korban luka bakar parah akibat kebakaran yang terjadi pada 8 September 2010.
Berdasarkan data yang dihimpun detikJatim, sebanyak 77 tempat ibadah, terdiri dari masjid dan musala, rusak dan terendam lumpur. Selain itu, 18 sekolah ikut terdampak, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah negeri. Termasuk di antaranya 1 SMP Negeri dan 11 SD Negeri yang hancur terendam lumpur.