Ampo berbentuk roll stik berwarna hitam kecoklatan yang dikenal sejak zaman penjajahan dan paceklik.
Keluarga Rasimah (72) asal Dusun Trowulan, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding Tuban ini sejak kecil sudah diajari oleh orang tuanya membuat ampo dan diajak ke pasar untuk menjualnya.
Setiap hari, dirinya mampu membuat ampo 10 kg. Meski di usia senja, nenek yang dikaruniai 5 anak dengan 12 cucu ini tetap aktif membuat ampo.
Camilan Ampo ini dibuat oleh warga setempat, kala itu untuk dimakan tiap hari, dan juga bisa dinikmati untuk camilan, hingga juga bisa digunakan obat perut dan gatal.
Bahkan Ampo juga dikenal masyarakat digunakan sebagai bahan sesaji dalam kegiatan upacara adat maupun ritual.
Makanan dari tanah liat ini juga digunakan pelengkap berbagai acara budaya Jawa. Di antaranya sedekah bumi, selamatan panen sawah hingga kini.