Setiap tahunnya, tepatnya Bulan Sura, warga Desa Serang, Purbalingga, mempunyai tradisi mengambil air suci di mata air Sikopyah menggunakan bambu lodong. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Tahun ini, ada 140 orang yang berpartisipasi mengambil air yang terletak di lereng timur Gunung Slamet tersebut. Berpakaian adat Jawa, mereka berjalan sejauh 3 km ke tempat proses akhir. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Berdasarkan keterangan sesepuh setempat, ritual ini dimulai sejak 1984. Saat itu, hanya doa sederhana di masjid sebelum masyarakat mengambil air di Thuk Sikopyah. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Diyakini, daerah sekitar sempat mengalami krisis air. Kemudian seorang kiai bernama Haji Mustofa meminta kepada Tuhan sehingga muncul mata air Sikopyah. Sumber air itu diyakini tak pernah kering meski kemarau panjang. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Akhir dari tradisi tersebut adalah makan bersama dengan menu nasi jagung berisi gesek, sayur gandul, dan tempel gundil. Ada makna di balik menu yang dipilih. Foto: Anang Firmansyah/detikJateng