Fakta-fakta Meninggalnya 2 Pelari Saat Ikut Siksorogo Lawu Ultra

Round-Up

Fakta-fakta Meninggalnya 2 Pelari Saat Ikut Siksorogo Lawu Ultra

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 09 Des 2025 07:01 WIB
Fakta-fakta Meninggalnya 2 Pelari Saat Ikut Siksorogo Lawu Ultra
Ilustrasi trail run. Foto: Getty Images/Pavel1964
Solo -

Duka menggelayuti perhelatan trail run Siksorogo Lawu Ultra 2025. Dua peserta yang berpartisipasi meninggal dunia usai diduga terkena serangan jantung.

Diketahui, dua pelari yang mengembuskan napas terakhir saat berpartisipasi bernama Pujo Buntoro (55) dan Sigit Joko Purnomo (45). Dewan Pembina Siksorogo Lawu Ultra, Tony Harmoko, menerangkan dua pelari itu meninggal di lokasi yang berbeda.

"Iya leres, dua orang meninggal terkena serangan jantung. Pak Pujo tadi pagi pukul 10.11 WIB di kilometer 8," kata Tony dihubungi awak media, Minggu (7/12).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikJateng, berikut fakta-fakta yang telah diketahui:

ADVERTISEMENT

1. 2 Pelari Kantongi Surat Sehat

Tony mengungkap, sebelum race dimulai, baik Pujo dan Sigit sudah dinyatakan fit. Awalnya, tidak ada masalah apapun.

"Sebelum race dimulai mereka keadaannya fit bugar, tidak ada masalah apapun," tuturnya.

Selain itu, kedua pelari disebut sudah mengantongi surat kesehatan dari dokter. Ia menjelaskan surat itu juga menjadi syarat mengikuti ajang Siksorogo Lawu Ultra.

"Terkait surat dokter itu menjadi kewajiban masing-masing, peserta memang harus memiliki surat sehat gitu," jelas dia.

2. 2 Pelari Berstatus ASN

Tony melanjutkan, kedua pelari sama-sama berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Pujo merupakan ASN di Kementerian Agama (Kemenag) Kota Solo, sedangkan Sigit merupakan ASN Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI.

"Betul beliau (Sigit) ASN di kementerian pariwisata dan Pak Pujo ASN di Kemenag Solo," kata Tony ditemui di rumah duka almarhum Pujo Buntoro di Desa Tegalwinangun, Karanganyar, Senin (8/12/2025).

Dari akun media sosial Kementerian Pariwisata RI, @kemenpar.ri, diketahui Sigit Joko Poernomo menjabat sebagai Kepala Biro Umum dan Hukum Kementerian Pariwisata RI.

Tony kemudian menjabarkan bahwa Sigit sempat berlari bersama temannya dari Kemenpar bernama Afrizal. Sigit sempat mengalami kram kaki di Kilometer 9.

"Mas Sigit itu di kilometer 9 mengalami keram kaki di paha. Terus sama teman sama rekannya di kementerian namanya Afrizal. Ya. Di kilometer 12 yang dari tenaga kesehatannya turun, Pak Sigit itu sudah mendapatkan perawatan medis, sudah di-massage dan sudah membaik," ujarnya.

Setelah kramnya membaik, Sigit dan temannya itu melanjutkan lari. Namun, tidak lama kemudian terkena serangan jantung.

"Kramnya sudah membaik, sudah segar lagi. Mas Afrizal juga begitu. Sudah nggak kram dan sudah merasa baik, bugar, akhirnya melanjutkan perjalanan, jadi larinya itu ya, tahu-tahu tidak lama dari itu terus serangan jantung," bebernya.

Setelah terkena serangan, Sigit langsung tidak sadarkan diri dan meninggal dunia.

"Itu langsung tidak sadarkan diri, sempat ditolong tapi beliau meninggal dunia," pungkasnya.

Ketua Panita Siksorogo Lawu Ultra 2025, Brilianto, di rumah duka peserta bernama Pujo Buntoro, Karanganyar, Senin (8/12/2025).Ketua Panita Siksorogo Lawu Ultra 2025, Brilianto, di rumah duka peserta bernama Pujo Buntoro, Karanganyar, Senin (8/12/2025). Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng

3. Sigit Sering Ikut Event Trail Run

Sementara Ketua Panitia Siksorogo, Fajar Brilianto, berujar bahwa Sigit sering mengikuti trail run di Indonesia. Sigit disebut juga memantau event tersebut.

Brilianto memaparkan, dirinya sempat bertemu Sigit, di mana mereka berencana bertemu kembali pada Januari 2026.

"Dari Kementerian mengikuti. Mengikuti dan mau memantau juga, begitu. Jadi, jadi ini Bapak, Ibu, dan staf ini, ini kemarin sebelum lari itu ketemu saya. Oh, gitu. Jadi ketemu saya ngobrol-ngobrol bahwa nanti Januari kita mau ke Jakarta mau audiensi, sebab dari kementerian menilai event ini sangat baik, sangat bagus. Jadi kita mau audiensi ke Pak Sigit ini," jelasnya.

Brilianto menambahkan, pihak Kemenpar tidak menyalahkan panitia atas insiden yang terjadi. Meski begitu, mereka memberi penanganan.

"Jadi stafnya itu sampai kemarin nangis-nangis, Mas, kok jadi seperti ini. Beliau tidak menyalahkan panitia, tapi ini kan pasti akan sedikit effort panitia untuk menangani ini, begitu," bebernya.

Brilianto mengatakan bahwa Sigit mencoba Siksorogo Lawu Ultra sebelum panitia hendak beraudiensi dengan Kemenpar.

"Jadi seperti itu. Jadi ke beliaunya dan. Kru ini sudah ikut di semua lari trail di Indonesia dan mereka menilai bahwa Siksorogo itu event yang sangat bagus, yang paling bagus," terangnya.

"Makanya kenapa kita kok belum mengajukan ke Kementerian Pariwisata. Lah, beliau ke sini menyampaikan ke kita dan mereka mau enjoy mencoba, ya begitu. Jadi event Internasional," pungkasnya.

4. Bakal Evaluasi Rute

Direktur Acara Siksorogo, Rachmat Septiyanto, berkata panitia akan melakukan evaluasi buntut adanya 2 pelari meninggal. Selain rute, mereka juga berencana menambah tenaga medis.

"Evaluasi jelas untuk rutenya akan kita evaluasi lagi yang pertama, terus kemudian untuk tenaga medisnya mungkin akan kita tambah," papar Rachmat.

Rachmat menerangkan tenaga medis akan diperbanyak dan disebar di titik yang lebih banyak. Penambahan itu untuk memudahkan penanganan bila ada insiden serupa terjadi.

"Terus untuk, apa namanya, tim evakuasi harus kita sediakan di lebih banyak lagi titik-titiknya biar lebih cepat lagi kita bisa menanganinya," ungkapnya.

Ia mengakui bahwa peserta Siksorogo Lawu Ultra tahun lebih banyak dibanding penyelenggaraan sebelumnya. Ia menjabarkan ada 5.700 peserta yang ikut, baik dari dalam maupun luar negeri.

"Karena memang tahun ini juga sebenarnya kebetulan pesertanya yang lebih banyak, makanya mungkin kita kurang personel," ungkapnya.

Dirinya mengaku untuk Siksorogo Lawu Ultra 2025 ada rute yang berubah. Di mana rute tersebut lebih panjang dan lebih tinggi.

"Untuk tahun ini kebetulan ada perubahan karena tahun sebelumnya ada rute yang longsor. Makanya kita alihkan yang lebih aman meskipun itu agak sedikit lebih tinggi," bebernya.

Meski begitu, Rachmat menyebut untuk rute 120 kilometer terbilang aman.

"Rute yang panjang aman, aman semua, sudah selesai aman semua," bebernya.

5. Panitia Sebut Tidak Bisa Digugat

Ketua Panitia Siksorogo, Fajar Brilianto, menyatakan pihak panitia tidak bisa digugat meski sudah ada dua korban jiwa. Penyebabnya adalah formulir pelepasan tanggung jawab.

"Surat pelepasan tanggung jawab itu kita ada form, form itu ada isinya. Itu menyatakan bahwa apabila terjadi suatu accident ataupun kejadian yang luar biasa, peserta tidak akan menuntut ke panitia," ujar Brilianto di DPRD Karanganyar.

Brilianto berkata surat tersebut dibuat supaya peserta bisa memahami bahwa ajang yang mereka ikuti termasuk berisiko.

"Jadi sudah memahami bahwa olahraga ini adalah olahraga yang berisiko tinggi. Jadi kemungkinan risiko-risiko itu sudah ada, pasti akan ada," ungkapnya.

Brilianto menjabarkan bahwa ketika peserta telah menandatangani surat pelepasan tanggung jawab, berarti mereka sudah siap dengan risiko yang ada. Termasuk risiko meninggal dunia.

"Ketika peserta sudah menandatangani surat pelepasan tanggung jawab, berarti sudah siap dengan risiko apapun dan tidak akan menuntut ke kepanitiaan seperti itu," jelasnya.

"(Termasuk meninggal dunia?) Segala bentuk risiko yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut," sambung Brilianto.

Di kesempatan yang sama, Dewan Pembina Siksorogo Lawu Ultra 2025, Tony Harmoko, mengatakan untuk korban bernama Pujo Buntoro (55) sudah melengkapi surat pernyataan pelepasan tanggung jawab. Sedangkan, korban Sigit Joko Poernomo (45) tidak mengisi formulir. Meski begitu, Sigit juga menjadi salah satu koordinator dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

"Kalau Pak Pujo sudah komplet ya, tetapi karena Mas Sigit itu kan kolektivitas dari Kementerian ya dan koordinatornya kebetulan beliau sendiri, iya bertanggung jawab. Jadi di form itu sudah menyatakan bahwa yang dari komunitas sudah penanggung jawabnya," bebernya.

6. Keluarga Mendapat Tali Asih

Dewan Pembina Siksorogo, Tony Harmoko, menuturkan baik Pujo maupun Sigit tidak mendapat asuransi. Pasalnya, kejadian yang dialami keduanya bukan termasuk kecelakaan saat berpartisipasi.

"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak asuransi bahwa bahwa asuransi itu hanya meng-cover terkait dengan kecelakaan beserta pelarian. Seperti jatuh ke jurang. Yang kedua misalnya kejatuhan pohon. Yang ketiga tersandung dan sebagainya itu merupakan kecelakaan dalam event itu yang ter-cover di dalam asuransi," katanya kepada awak media di Gedung DPRD Karanganyar, Senin (8/12).

Tony menyebut, karena korban terkena serangan jantung, maka tidak ditanggung oleh asuransi. Meski begitu, pihaknya tetap memberikan tali asih kepada keluarga dua peserta.

"Karena beliau berdua terkena serangan jantung sehingga itu tidak di-cover oleh asuransi. Kami, panitia Siksarogo, sudah menyampaikan santunan tali asih kami. Sebagai bagian dari duka kami yang terdalam kepada kedua keluarga. Tadi sekaligus pas kami melayat di rumah duka," bebernya.

Tony sendiri enggan menyebutkan nominal tali asih yang diberikan oleh komunitas Siksorogo kepada keluarga. Ia mengatakan, tali asih tersebut sebagai bentuk duka kepala keluarga.

"Saya enggak usah menyebutkan semuanya, tapi kami sebagai bagian dari rasa duka kami, empati kami kepada keluarga. Itu kami memberikan santunan tali asih itu dari komunitas dan nilainya tidak perlu saya sebutkan ya," tegas Tony.

Halaman 2 dari 2
(apu/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads