Di ujung barat kawasan Gunung Selok, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, tersimpan sebuah ruang sunyi yang sejak puluhan tahun menjadi tujuan tirakat para peziarah dari berbagai daerah.
Namanya Gua Sri Bolong, sebuah goa yang dipercaya membawa berkah rezeki dan keselamatan. Meski akses menuju lokasi tidak mudah, tempat ini tak pernah benar-benar sepi.
Dari jalan raya Adipala-Widarapayung, pengunjung harus masuk sekitar 2 kilometer dari pertigaan depan Balai Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Kontur jalannya berbatu, melewati tepian tebing dan area persawahan.
Permukiman terakhir berjarak sekitar 1 kilometer dari goa. Kendaraan biasanya diparkir di depan warung kecil, lalu pengunjung melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 50 meter.
"Sejak saya lahir, Gua Sri Bolong ini sudah ada. Saya tinggal mengikuti leluhur yang sejak dulu menjaga tempat ini," ujar juru kunci Goa Sri Bolong, Suratman atau dikenal Mbah Surat (50), saat ditemui detikJateng, Selasa (2/12/2025).
Menurut Mbah Surat, nama 'Sri Bolong' berasal dari dua kata. Ada makna yang tersirat dari penyematan nama tersebut.
"'Sri' itu artinya rezeki. Kalau 'Bolong' karena bentuk goanya memang tembus dari dua sisi," tuturnya.
Saat memasuki goa ada dua dua pintu goa yang bisa diakses. Lokasinya bersebelahan dengan dibatasi batu alami. Jalur ke kanan adalah tempat untuk bersemedi, sedang jalur kiri tempat 'Sendang Pengasihan' berada.
Meski lokasinya tersembunyi, Goa Sri Bolong justru banyak didatangi peziarah dari berbagai daerah.
"Yang ke sini itu banyak banget. Dari Tegal, Brebes, Cirebon, Jakarta, sampai Lampung. Mereka tahu dari getok tular, turun-temurun," kata Suratman.
Para tamu biasanya membawa perlengkapan berupa kemenyan, kembang kantil, mawar, kenanga atau dupa. Ada yang datang sendiri, ada pula rombongan empat sampai lima orang. Sebagian menginap untuk menjalani tirakat lebih lama.
"Syaratnya cuma dua: keikhlasan dan kejujuran. Selebihnya niat," ujarnya.
Goa Sri Bolong juga dipercaya dihuni energi leluhur. Beberapa nama yang diyakini pernah 'hadir' di sana di antaranya Nawangasih, Nawangwulan, Kencanawati, Kenconoungu, Dewi Lanjar, Eyang Samudera hingga Kanjeng Ibu Ratu Kidul.
Selama 15 tahun menjadi juru kunci, Mbah Surat mengaku sudah banyak pengalaman yang sulit dijelaskan.
"Kadang ada suara kuda berjalan, menggema di dalam goa. Ada juga suara perempuan naik. Saya sendiri mendengar itu," ungkapnya.
Ia juga kerap melihat cahaya dari arah sendang.
"Warnanya hijau. Kadang muncul begitu saja," katanya.
Goa Sri Bolong bahkan diyakini sebagai tempat pemandian Nyi Roro Kidul.
"Kapan datangnya tidak ada yang tahu. Tapi konon sampai sekarang masih," tambahnya.
Tak semua hajat bisa dilakukan secara sederhana. Menurut Mbah Surat, ada tamu yang datang membawa gagak atau ayam cemani.
"Biasanya permintaannya berat. Misal minta uang segepok dalam jumlah besar. Tapi tetap saja rezeki itu harus dicari di luar. Bukan tahu-tahu muncul di sini," tegasnya.
Ia menekankan bahwa permintaan mustahil sering memicu pengunjung kesurupan.
"Dari rumah mintanya A, sampai sini minta B. Ibaratnya membohongi diri sendiri. Itu yang sering kesurupan," ujarnya.
Selain Goa Sri Bolong, kawasan Gunung Selok juga memiliki Goa Nagaraja, Goa Sapu Angin, Goa Kelir, serta lokasi ritual Jambe Lima dan Jambe Tujuh yang berbentuk seperti candi. Masing-masing tempat memiliki fungsi dan sejarahnya sendiri.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(apl/ahr)