Mengenal Lie Detector, Pendeteksi Kebohongan untuk Ferdy Sambo Cs

ADVERTISEMENT

Mengenal Lie Detector, Pendeteksi Kebohongan untuk Ferdy Sambo Cs

Tim detikInet - detikJateng
Rabu, 07 Sep 2022 12:35 WIB
Arti Lie Detector yang Dipakai Periksa Tersangka Kasus Brigadir J
Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov
Solo -

Tiga tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir Yoshua atau Brigadir J telah dinyatakan 'jujur' saat diperiksa menggunakan alat pendeteksi kebohongan (lie detector), Selasa (7/9) lalu. Apa itu lie detector? Berikut serba-serbi mengenai lie detector yang digunakan untuk investigasi sejak 1924.

Dilansir detikInet, alat pendeteksi kebohongan lebih tepat disebut poligraf, yaitu perangkat atau prosedur yang mengukur dan merekam beberapa indikator fisiologis seperti tekanan darah, pernapasan, detak, dan konduktivitas kulit ketika seseorang menjawab beberapa pertanyaan.

Cara Kerja Lie Detector

Pada umumnya alat pendeteksi kebohongan sekarang berupa serangkaian alat yang membentuk sistem perekaman terkomputerisasi. Setidaknya ada tiga hal yang dicek menggunakan lie detector, yaitu:

1. Tingkat dan kedalaman saat bernapas, diukur dengan pneumograf yang dililitkan ke dada peserta tes.
2. Aktivitas jantung dan pembuluh darah, dicek dengan sabuk tekanan darah yang dipasang di lengan.
3. Keringat, dicek dengan elektroda di ujung jari tangan.

Data dari pengecekan tiga hal itu direkam dan tersimpan di komputer. Sambil menjalani perekaman indikator tersebut, peserta tes poligraf menjalani serangkaian pengenalan tentang pembohongan, bagaimana cara alat pendeteksi kebohongan bekerja, lalu menjawab pertanyaan spesifik tentang sebuah kasus, dan pertanyaan umum tentang kebohongan.

Kata Pakar tentang Lie Detector

Menurut peneliti deteksi kebohongan, Prof Aldert Vrij, akurasi poligraf sudah dipertanyakan sejak ditemukan pada 1921.

"Alat ini tidak mengukur kebohongan, yang seharusnya jadi inti fungsinya. Konsepnya, pembohong akan menunjukkan peningkatan respons tubuh saat menjawab pertanyaan kunci, sementara orang yang menjawab jujur tidak. Tapi tidak ada teori yang kuat untuk mendukung konsep ini," kata Vrij, dikutip dari detikInet pada Rabu (7/9/2022).

"Orang yang diwawancarai dengan poligraf cenderung merasa stres. Jadi, meski poligraf cukup bagus dalam mengidentifikasi kebohongan, poligraf tidak terlalu bagus dalam mengidentifikasi kebenaran," imbuh Vrij. Sebab, mengikuti tes pendeteksi kebohongan bisa meningkatkan stres dan membuat pesertanya merasa bersalah, meski tak bersalah.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Meski demikian, alat pendeteksi kebohongan masih dipakai di berbagai negara dan teknologinya terus dikembangkan. Di Amerika Serikat pada tahun 2018, diestimasi digelar 2,5 juta tes poligraf.

Sedangkan di mayoritas negara Eropa, tes poligraf pada umumnya dinilai tidak kuat untuk mencari bukti dan biasanya tidak digunakan oleh penegak hukum. Di Inggris, tes poligraf atau alat pendeteksi kebohongan bisa dilakukan, namun hasilnya tidak bisa digunakan sebagai bukti di pengadilan.

Untuk diketahui, tersangka Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf, telah menjalani pemeriksaan lie detector terkait kasus pembunuhan Brigadir J, kemarin.

Sementara Putri Candrawathi dan asisten rumah tangganya, Susi, dijadwalkan diperiksa dengan lie detector hari ini, Rabu (7/9). Sedangkan pemeriksaan Ferdy Sambo dijadwalkan pada Kamis (8/9).



Simak Video "MKD Akan Panggil Mahfud soal Dugaan Uang Sambo ke Anggota DPR"
[Gambas:Video 20detik]
(dil/rih)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT