Gadis asal Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen bernama Nitya Ade Santi berhasil menjadi doktor termuda program studi (prodi) Ilmu Pengelolaan Hutan (IPH), Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University. Nitya menuntaskan studi doktoralnya di usia 25 tahun.
Nitya resmi menyandang gelar doktor melalui Sidang Promosi Doktor atau penganugerahan gelar Doktor (Dr), yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Ruang Sidang Sylva Fahutan IPB.
Nitya merampungkan gelar Doktor melalui disertasinya yang berjudul "Pengembangan Metode Pengukuran Tingkat Keparahan Kebakaran dan Regenerasi Vegetasi menggunakan Analisis Multi Waktu Langsung".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lulusan SMAN 2 Sragen, Jawa Tengah, ini berhasil menemukan metode yang handal untuk mendeteksi kerusakan dan pertumbuhan vegetasi akibat kebakaran. Selain itu kriteria perubahan yang terjadi akibat kebakaran hutan juga dapat ditemukan dengan menggunakan remote sensing.
"Novelty disertasi promovenda ini sangat bermanfaat dalam kegiatan penanggulangan pasca kebakaran, kegiatan monitoring, dan juga penegakan hukum," ujar Dr Israr Albar, Kepala Sub Direktorat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Jauh sebelum meraih gelar doktor, warga Desa Jetis, Sambirejo, ini menceritakan bahwa dirinya memang sudah masuk ke bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan usia muda hasil program akselerasi di SMPN 1 Sragen.
"Aku dulu SMP-nya akselerasi jadi cuman 2 tahun. SMA-nya biasa reguler. Terus masuk S1 umur 16 tahun dan lulusnya juga nggak cepet-cepet amat 4,5 tahun," ujar Nitya dihubungi detikJateng, Senin (25/7/2022).
Anak pasangan Purwoto dan Sriyatni ini masuk bangku SMA pada umur 13 tahun. Saat SMA, Nitya mengaku lebih banyak menggeluti bidang Pramuka dan kepecintaalaman.
"Saya banyak ikut lombanya di Pramuka, jadi juara umum Gladi Widya, sama Lintas Alam Bumi Sukowati," ujarnya.
Kecintaan Nitya pada alam inilah yang kemudian membuatnya memutuskan untuk menempuh jurusan Manajemen Hutan IPB.
"Karena seru aja sepertinya, bisa bersentuhan langsung dengan alam dan hutan. Karena di SMA suka Pramuka dan pecinta alam. Jadi dulu mah cuman kebayang seru dan juga Manajemen Hutan IPB ranking no 1 di Indonesia," kata Nitya.
Pada jenjang S1, Nitya mengambil Manajemen Hutan, kemudian S2 Ilmu Pengelolaan Hutan IPB & S2 di Tropical International Forestry di University of Gottingen, Jerman. Lalu pada jenjang S3 di IPB prodi Ilmu Pengelolaan Hutan.
"Di tahun 2018 itu aku masuk S2, umur 21 tahun. Terus lulus S2 umur 23, lulus S3 di umur 25 tahun," ungkapnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya..
Nitya mengaku beruntung bisa mendapatkan beasiswa untuk membiayai kuliah S2 dan S3-nya. Tanpa beasiswa, lanjutnya, orang tuanya yang pegawai swasta dan guru SD tidak akan bisa membiayai kuliah Nitya.
Nitya mengenang dirinya yang sempat kesulitan mendapatkan biaya saat mendapatkan kesempatan menjadi pembicara di Jepang. Nitya mengaku sempat mengajukan bantuan ke Pemkab Sragen, namun permohonan itu tak terjawab.
"Tahun 2019, saya pernah mengajukan proposal bantuan dana ke Pemkab Sragen, tapi sampai sekarang saya lulus, belum ada jawaban. Waktu itu saya mengajukan bantuan karena diterima untuk jadi speaker di seminar internasional di Jepang. Tapi karena nggak ada biaya, jadinya nggak jadi berangkat," kenangnya.
Namun ada hikmah di balik kegagalannya berangkat ke Jepang. Tak lama kemudian, Nitya justru mendapatkan beasiswa ke Jerman.
"Tapi untungnya Gusti kasih jalan yang lain. Di bulan Oktober berangkat ke Jerman. Full beasiswa," kata dia.
Nitya mengaku tak mudah menyandang gelar doktor di usia yang masih sangat muda. Namun kecintaannya pada penelitian membuat proses studi dilakoninya dengan lebih ringan.
"Berat sebenarnya, tapi karena aku suka sama penelitian ini jadi dibawa enjoy aja. Beratnya sebenarnya karena jadi jarang tidur, kurang istirahat aja. Selebihnya happy," kata dia.
Tidak hanya menyelesaikan dengan waktu yang cukup cepat, Nitya juga bisa menjalankan studi S3 gratis melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemdikbudristekdikti.
Dengan program PMDSU, Nitya bisa menempuh masa studi sejak sarjana hingga doktor tanpa biaya.
"S2 di overlap sama S3. Jadi waktu tesis itu sambil kuliah S3 melalui program beasiswa Kemdikbudristekdikti, yang akan memberikan skema pembiayaan S2 dan S3 itu dalam 4 tahun. Jadi mau gak mau, S2-S3 harus diselesaikan dalam waktu 4 tahun. Overlapnya pada saat penyelesaian tesis dan kuliah S3 yang bersamaan," paparnya.