Potret Miris Siswa MTs di Sukabumi, Belajar di Bawah Bangunan Retak

Siswa MTs Miftahul Barokah belajar di ruang kelas dengan lantai retak dan dinding penuh coretan di Kampung Gempol, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Senin (8/9/2025). Sisa reruntuhan dan plastik bekas terlihat di sudut ruangan, menggambarkan kondisi sekolah yang masih belum layak digunakan. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Dari celah dinding yang retak, tampak beberapa siswa laki-laki memperhatikan guru mereka. Coretan dan bekas lembap di dinding menandakan kerusakan bangunan yang belum tersentuh perbaikan sejak bencana pergerakan tanah Desember 2024. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Suasana belajar terlihat dari jendela kaca yang pecah. Di balik retakan kaca, para siswa tetap tekun mengikuti pelajaran meski ancaman reruntuhan masih membayangi mereka setiap saat. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Seorang siswi mencatat materi pelajaran sambil sesekali menatap papan tulis yang catnya mulai memudar. Di belakangnya, dinding hijau penuh retakan menjadi saksi betapa rapuhnya ruang kelas yang kini kembali dipakai karena tak ada pilihan lain. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Lantai kelas MTs Miftahul Barokah yang retak menganga terlihat jelas. Sampah plastik dan potongan reruntuhan masih berserakan, sementara para siswa tetap berusaha belajar di tengah kondisi yang membahayakan. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Barisan meja kayu lama dan kursi plastik warna-warni menjadi saksi keteguhan para siswa menuntut ilmu. Retakan lebar di lantai dan dinding yang rusak tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap datang ke sekolah setiap hari. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Siswa MTs Miftahul Barokah belajar di ruang kelas dengan lantai retak dan dinding penuh coretan di Kampung Gempol, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Senin (8/9/2025). Sisa reruntuhan dan plastik bekas terlihat di sudut ruangan, menggambarkan kondisi sekolah yang masih belum layak digunakan. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Dari celah dinding yang retak, tampak beberapa siswa laki-laki memperhatikan guru mereka. Coretan dan bekas lembap di dinding menandakan kerusakan bangunan yang belum tersentuh perbaikan sejak bencana pergerakan tanah Desember 2024. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Suasana belajar terlihat dari jendela kaca yang pecah. Di balik retakan kaca, para siswa tetap tekun mengikuti pelajaran meski ancaman reruntuhan masih membayangi mereka setiap saat. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Seorang siswi mencatat materi pelajaran sambil sesekali menatap papan tulis yang catnya mulai memudar. Di belakangnya, dinding hijau penuh retakan menjadi saksi betapa rapuhnya ruang kelas yang kini kembali dipakai karena tak ada pilihan lain. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Lantai kelas MTs Miftahul Barokah yang retak menganga terlihat jelas. Sampah plastik dan potongan reruntuhan masih berserakan, sementara para siswa tetap berusaha belajar di tengah kondisi yang membahayakan. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Barisan meja kayu lama dan kursi plastik warna-warni menjadi saksi keteguhan para siswa menuntut ilmu. Retakan lebar di lantai dan dinding yang rusak tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap datang ke sekolah setiap hari. (Syahdan Alamsyah/detikJabar)