Melihat 'Jasad' Stasiun Tertinggi di Asia Tenggara

Stasiun Cikajang berlokasi di Kampung/Desa Padasuka, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dari kawasan perkotaan Garut, Stasiun Cikajang berjarak sekitar 21 kilometer di wilayah selatan. Stasiun ini dibangun pada tahun 1926 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api negara, dan mulai beroperasi pada 1 Agustus 1930.
Stasiun ini berada di ketinggian 1.246 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL). Dengan ketinggian tersebut, stasiun ini menjadi stasiun kereta api tertinggi di Asia Tenggara. Di masa jayanya, Stasiun Cikajang adalah pilar transportasi angkutan orang dan barang, khususnya hasil tani.
 
Sejarah mencatat, pada tahun 1947 jalur kereta api Cikajang-Garut sempat direkonstruksi oleh Belanda karena rusak akibat perang. Rekonstruksi dilaksanakan oleh Staatsspoorwegen Verenigd Spoorwegbedrijf (SS/VS). Gabungan perusahaan kereta api pemerintah dengan perusahaan kereta api swasta.
 
Stasiun Cikajang dan jalur kereta api Garut-Cikajang diketahui hanya berumur 52 tahun saja. Pada tahun 1982, pemerintah memutuskan untuk menghentikan operasionalisasinya, karena kereta api saat itu kurang diminati lagi. Tingginya biaya operasional, yang tidak sebanding dengan pendapatan membuat Stasiun Cikajang resmi ditutup pada November 1982.
Setelah hampir 43 tahun mati suri, Pemerintah berupaya untuk meraktivasi jalur kereta api Cikajang-Garut dan Stasiun Cikajang. Hal tersebut terungkap usai Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat berembuk membahas kemungkinan reaktivasi 5 jalur kereta api di Jabar, salah satunya Cikajang-Garut. Dibutuhkan duit sekitar Rp 1.764 triliun untuk menghidupkan kembali Stasiun Cikajang yang telah mati. Terdiri dari Rp 115 miliar untuk sarana, dan Rp 1.649 triliun untuk prasarana.
Stasiun Cikajang berlokasi di Kampung/Desa Padasuka, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dari kawasan perkotaan Garut, Stasiun Cikajang berjarak sekitar 21 kilometer di wilayah selatan. Stasiun ini dibangun pada tahun 1926 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api negara, dan mulai beroperasi pada 1 Agustus 1930.
Stasiun ini berada di ketinggian 1.246 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL). Dengan ketinggian tersebut, stasiun ini menjadi stasiun kereta api tertinggi di Asia Tenggara. Di masa jayanya, Stasiun Cikajang adalah pilar transportasi angkutan orang dan barang, khususnya hasil tani. 
Sejarah mencatat, pada tahun 1947 jalur kereta api Cikajang-Garut sempat direkonstruksi oleh Belanda karena rusak akibat perang. Rekonstruksi dilaksanakan oleh Staatsspoorwegen Verenigd Spoorwegbedrijf (SS/VS). Gabungan perusahaan kereta api pemerintah dengan perusahaan kereta api swasta. 
Stasiun Cikajang dan jalur kereta api Garut-Cikajang diketahui hanya berumur 52 tahun saja. Pada tahun 1982, pemerintah memutuskan untuk menghentikan operasionalisasinya, karena kereta api saat itu kurang diminati lagi. Tingginya biaya operasional, yang tidak sebanding dengan pendapatan membuat Stasiun Cikajang resmi ditutup pada November 1982.
Setelah hampir 43 tahun mati suri, Pemerintah berupaya untuk meraktivasi jalur kereta api Cikajang-Garut dan Stasiun Cikajang. Hal tersebut terungkap usai Pemprov Jabar dan Pemerintah Pusat berembuk membahas kemungkinan reaktivasi 5 jalur kereta api di Jabar, salah satunya Cikajang-Garut. Dibutuhkan duit sekitar Rp 1.764 triliun untuk menghidupkan kembali Stasiun Cikajang yang telah mati. Terdiri dari Rp 115 miliar untuk sarana, dan Rp 1.649 triliun untuk prasarana.