Ribuan warga di wilayah ini terutama di Kampung Babakan Kalangsari, Pelang, Leuwianyar dan sekitarnya, terlibat dalam rangkaian produksi celana dalam ini.
Uniknya usaha kecil menengah ini ternyata salah satu bentuk pemanfaatan limbah konfeksi atau industri garmen yang lebih besar. Para perajin ini memproduksi celana dalam dari kain gombal atau kain perca, yang merupakan sisa-sisa produksi kaos dan lain sebagainya.
Dari Tasikmalaya, produk mereka ternyata bisa tembus ke pasar dunia. Celana dalam produk warga Sukamanah ini mampu merajai pasar di negara-negara Afrika, termasuk Nigeria.
Di wilayah itu ada lebih dari 100 perajin celana dalam, masing-masing memiliki setidaknya 20 pegawai. Sehingga jelas sekurang-kurangnya ada 2.000 warga yang terlibat dalam bisnis itu. Jumlah itu tentu belum termasuk warga yang fokus di pemasaran, baik itu menjual secara konvensional atau penjualan online.
Para pegawai konfeksi ini mayoritas memberdayakan masyarakat setempat. Sehingga proses produksinya pun dilakukan di rumah masing-masing, sehingga pegawai yang ada di konfeksi terlihat sedikit. Para pelaku usaha di wilayah ini mengusung konsep pemberdayaan.
Warga di sana memiliki banyak pilihan untuk ikut menambah penghasilan, mulai dari menjadi penjahit, bagian memotong, memasang karet hingga menjadi pengendali kualitas produk. Tak heran jika masuk ke parkampungan wilayah ini, suara deru mesin jahit terdengar saling bersahutan dari setiap rumah.