Aroma Kopi Ibun Sampai ke Negeri Sakura, 5 Ton Diekspor Tahun Ini!

5 ton kopi Kelompok Tani Wanoja, Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat akan diekspor ke Jepang Bulan Oktober tahun ini. Butuh perjuangan panjang untuk bisa ekspor, berkat Bank Indonesia (BI), kopi Ibun pun bisa dinikmati warga yang tinggal di Negeri Sakura itu.
Dalam rentang waktu 10 tahun terakhir, produk monokultur yaitu komoditi kopi menjadi komoditas baru yang ditanam oleh para petani di Kecamatan Ibun.
Kelompok Tani Wanoja berkontribusi dalam pelestarian kawasan hutan Kamojang. Berkiprah sejak Juli 2012 Kelompok Tani Wanoja yang beranggotakan 79 orang, memilki luas lahan 96 hektare, dan sekitar 600 ribu pohon kopi ditanam dengan komoditas kopi jenis Arabika.
Pohon kopi yang ditanam petani memberikan dampak yang cukup besar dalam pengendalian lingkungan. Berkat kopi, erosi tanah bisa dikendalikan dan banjir sudah hampir tidak ada. Sebab untuk Sungai Cisangkan sendiri yang ada di daerah Kamojang pada 1987 pernah terjadi banjir bandang.
Kopi dapat membangkitkan perekonomian para petani dan investasi petani. Di saat bersamaan, para petani ini juga menyelamatkan alam dengan menanam kopi disitulah green economy dan investasi hijau dilakukan oleh para petani.
Pada tahun ini, Kelompok Tani Wanoja bisa mengolah 150 ton kopi.
Panen kali ini harga cherry sangat membumbung tinggi, kalau tahun lalu paling tinggi Rp 10-11 ribu, sekarang sudah mencapai Rp 14 ribu. Hal tersebut membuat para petani senang.
Ketua Kelompok Tani Wanoja Eti Sumiati menyebut, setelah mengetahui keuntungan bertani kopi secara sosial dan ekonomi, terutama permintaan kopi yang cukup tinggi dan harganya menjanjikan, sedikit demi sedikit petani yang sebelumnya bertani hortikultura mulai meninggalkannya.
Dengan kopi inilah, ketahanan pangan para petani juga terpenuhi.
Kepala BI Jabar Herawanto mengatakan, ketika berbicara ekonomi hijau adalah ekonomi yang berkelanjutan. Dengan pertanian kopi ketahanan pangan pun terjaga.
5 ton kopi Kelompok Tani Wanoja, Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat akan diekspor ke Jepang Bulan Oktober tahun ini. Butuh perjuangan panjang untuk bisa ekspor, berkat Bank Indonesia (BI), kopi Ibun pun bisa dinikmati warga yang tinggal di Negeri Sakura itu.
Dalam rentang waktu 10 tahun terakhir, produk monokultur yaitu komoditi kopi menjadi komoditas baru yang ditanam oleh para petani di Kecamatan Ibun.
Kelompok Tani Wanoja berkontribusi dalam pelestarian kawasan hutan Kamojang. Berkiprah sejak Juli 2012 Kelompok Tani Wanoja yang beranggotakan 79 orang, memilki luas lahan 96 hektare, dan sekitar 600 ribu pohon kopi ditanam dengan komoditas kopi jenis Arabika.
Pohon kopi yang ditanam petani memberikan dampak yang cukup besar dalam pengendalian lingkungan. Berkat kopi, erosi tanah bisa dikendalikan dan banjir sudah hampir tidak ada. Sebab untuk Sungai Cisangkan sendiri yang ada di daerah Kamojang pada 1987 pernah terjadi banjir bandang.
Kopi dapat membangkitkan perekonomian para petani dan investasi petani. Di saat bersamaan, para petani ini juga menyelamatkan alam dengan menanam kopi disitulah green economy dan investasi hijau dilakukan oleh para petani.
Pada tahun ini, Kelompok Tani Wanoja bisa mengolah 150 ton kopi.
Panen kali ini harga cherry sangat membumbung tinggi, kalau tahun lalu paling tinggi Rp 10-11 ribu, sekarang sudah mencapai Rp 14 ribu. Hal tersebut membuat para petani senang.
Ketua Kelompok Tani Wanoja Eti Sumiati menyebut, setelah mengetahui keuntungan bertani kopi secara sosial dan ekonomi, terutama permintaan kopi yang cukup tinggi dan harganya menjanjikan, sedikit demi sedikit petani yang sebelumnya bertani hortikultura mulai meninggalkannya.
Dengan kopi inilah, ketahanan pangan para petani juga terpenuhi.
Kepala BI Jabar Herawanto mengatakan, ketika berbicara ekonomi hijau adalah ekonomi yang berkelanjutan. Dengan pertanian kopi ketahanan pangan pun terjaga.