Begini Desain Penjara Humanis dan Nggak Menyeramkan Karya Lulusan ITB

Menyeramkan dan kumuh. Mungkin itu kesan orang ketika mendengar nama penjara atau lembaga permasyarakatan. Itu karena penjara menjadi tempat untuk menampung orang-orang yang dihukum karena melakukan tindak pidana kriminal.

Namun, kesan menyeramkan dan kotor pada penjara bisa saja hilang jika penjara dibangun menggunakan desain arsitektur yang humanis, layaknya desain yang dibuat oleh George Michael, lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ya, George membuat sebuah rancangan desain arsitek penjara yang mengedepankan sisi humanis untuk menghilangkan kesan seram dan kumuh pada sebuah penjara. Desain itu ia buat sebagai tugas akhir (TA) dalam menyelesaikan studinya di ITB..

George yang merupakan mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2018 ini membuat penelitian bertajuk "Memanusiakan Warga Binaaan: Perancangan Lembaga Pemasyarakatan dengan Pendekatan Arsitektur Humanis".

Ide untuk mengkaji desain penjara dari sisi arsitekturalnya ini muncul dari keprihatinan pribadi George. Selama berkuliah di ITB, George pernah terlibat dalam salah satu kepanitian yang mencanangkan slogan "Memanusiakan Manusia".

Dibantu dosen pembimbing, George mengeksplor gambaran dan informasi penjara via buku dan film. Ia juga sering berdiskusi dengan dosen terkait keamanan dan kebutuhan di sebuah penjara.
"Saat itu saya merasa, walaupun sudah sering mendengar slogan ini, tapi tetap saja tidak direalisasikan. Dari hal inilah saya terinspirasi untuk menerapkan prinsip yang sama, namun untuk aplikasi ke desain Lembaga Pemasyarakatan (penjara)," kata George dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (26/7/2022).

Sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil kasus rancangan penjara, George sempat ingin membuat rancangan desain pusat rehabilitasi narkoba hingga rehabilitasi ODGJ.
Ia kemudian memutuskan untuk memilih desain penjara sebagai tugas akhirnya karena melihat topik tersebut yang belum banyak dibahas dalam diskursus arsitektur.

"Namun, saya akhirnya memutuskan untuk ambil topik ini karena menarik dan jarang dibahas dalam diskursus arsitektur," ungkapnya.
Menyeramkan dan kumuh. Mungkin itu kesan orang ketika mendengar nama penjara atau lembaga permasyarakatan. Itu karena penjara menjadi tempat untuk menampung orang-orang yang dihukum karena melakukan tindak pidana kriminal. Namun, kesan menyeramkan dan kotor pada penjara bisa saja hilang jika penjara dibangun menggunakan desain arsitektur yang humanis, layaknya desain yang dibuat oleh George Michael, lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ya, George membuat sebuah rancangan desain arsitek penjara yang mengedepankan sisi humanis untuk menghilangkan kesan seram dan kumuh pada sebuah penjara. Desain itu ia buat sebagai tugas akhir (TA) dalam menyelesaikan studinya di ITB..George yang merupakan mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2018 ini membuat penelitian bertajuk Memanusiakan Warga Binaaan: Perancangan Lembaga Pemasyarakatan dengan Pendekatan Arsitektur Humanis.
Ide untuk mengkaji desain penjara dari sisi arsitekturalnya ini muncul dari keprihatinan pribadi George. Selama berkuliah di ITB, George pernah terlibat dalam salah satu kepanitian yang mencanangkan slogan Memanusiakan Manusia.Dibantu dosen pembimbing, George mengeksplor gambaran dan informasi penjara via buku dan film. Ia juga sering berdiskusi dengan dosen terkait keamanan dan kebutuhan di sebuah penjara.
Saat itu saya merasa, walaupun sudah sering mendengar slogan ini, tapi tetap saja tidak direalisasikan. Dari hal inilah saya terinspirasi untuk menerapkan prinsip yang sama, namun untuk aplikasi ke desain Lembaga Pemasyarakatan (penjara), kata George dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (26/7/2022).Sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil kasus rancangan penjara, George sempat ingin membuat rancangan desain pusat rehabilitasi narkoba hingga rehabilitasi ODGJ.
Ia kemudian memutuskan untuk memilih desain penjara sebagai tugas akhirnya karena melihat topik tersebut yang belum banyak dibahas dalam diskursus arsitektur.Namun, saya akhirnya memutuskan untuk ambil topik ini karena menarik dan jarang dibahas dalam diskursus arsitektur, ungkapnya.