Sepenggal Cerita di Sentra Penjualan Atribut Militer di Bandung

Kawasan Jalan Ahmad Yani-Jalan Malabar yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Cikudapateuh dikenal sebagai salah satu tempat penjual atribut militer. Para pedagang di sini, sudah berjualan sejak puluhan tahun lalu.
Beragam atribut militer dijual di sejumlah kios, dari mulai sepatu militer, kaos PDL, tas, topi, sarung senjata, rompi, ikat pinggang, emblem, pact hingga jaket. Atribut tersebut dipajang hingga digantungkan di kios-kios pedagang. Tak hanya atribut TNI-Polri, ada juga atribut Satpol PP, Satpam dan kedinasan.
Salah satu pedagang Fajar (22) mengatakan, ia membantu ayahnya berjualan atribut militer dari tahun 2018. Sedangkan sang ayah yang bernama Alan (60) sudah berjualan sejak 1980 lalu.

"Saya jual perlengkapan militer, kayak kaos loreng, topi dan helm, pokoknya segala perlengkapan militer ada. Ini masih produk lokal, harga bervariasi dari mulai Rp 10 ribu, ratusan ribu hingga sejuta lebih ada," kata Fajar kepada detikJabar.
Fajar yang merupakan mahasiswa semester akhir di Universitas Islam Bandung Jurusan Pendidikan Agama ini mengaku berjualan atribut militer ini meneruskan sang ayah yang saat ini usianya sudah sepuh.

Menurutnya, ada sekitar 15 kios berjualan atribut militer di tempat tersebut. Banyaknya penjual atribut militer di jalan itu karena dekat dengan markas militer seperti Kodam dan Kodim.
Badai pandemi COVID-19 yang terjadi, juga dirasakan oleh para pedagang atribut militer di kawasan ini. Pasca pandemi, pembelian kembali bergeliat.

Selain berjualan secara offline atau langsung menjajakan barang kepada pembeli, ia juga berjualan secara online. Ia menilai, perkembangan teknologi harus diikutinya agar tidak tertinggal.
Kawasan Jalan Ahmad Yani-Jalan Malabar yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Cikudapateuh dikenal sebagai salah satu tempat penjual atribut militer. Para pedagang di sini, sudah berjualan sejak puluhan tahun lalu.
Beragam atribut militer dijual di sejumlah kios, dari mulai sepatu militer, kaos PDL, tas, topi, sarung senjata, rompi, ikat pinggang, emblem, pact hingga jaket. Atribut tersebut dipajang hingga digantungkan di kios-kios pedagang. Tak hanya atribut TNI-Polri, ada juga atribut Satpol PP, Satpam dan kedinasan.
Salah satu pedagang Fajar (22) mengatakan, ia membantu ayahnya berjualan atribut militer dari tahun 2018. Sedangkan sang ayah yang bernama Alan (60) sudah berjualan sejak 1980 lalu.Saya jual perlengkapan militer, kayak kaos loreng, topi dan helm, pokoknya segala perlengkapan militer ada. Ini masih produk lokal, harga bervariasi dari mulai Rp 10 ribu, ratusan ribu hingga sejuta lebih ada, kata Fajar kepada detikJabar.
Fajar yang merupakan mahasiswa semester akhir di Universitas Islam Bandung Jurusan Pendidikan Agama ini mengaku berjualan atribut militer ini meneruskan sang ayah yang saat ini usianya sudah sepuh.Menurutnya, ada sekitar 15 kios berjualan atribut militer di tempat tersebut. Banyaknya penjual atribut militer di jalan itu karena dekat dengan markas militer seperti Kodam dan Kodim.
Badai pandemi COVID-19 yang terjadi, juga dirasakan oleh para pedagang atribut militer di kawasan ini. Pasca pandemi, pembelian kembali bergeliat.Selain berjualan secara offline atau langsung menjajakan barang kepada pembeli, ia juga berjualan secara online. Ia menilai, perkembangan teknologi harus diikutinya agar tidak tertinggal.