Sore itu, cuaca yang tadinya cerah mendadak berubah menjadi mendung. Pertanda hujan akan segera turun, tapi di salah satu sudut Waduk Darma Kuningan, dengan memakai seragam dinas berwarna hitam, Muhammad Lukman (27) tampak masih mengontrol beberapa wahana permainan yang ada di Waduk Darma.
Lukman merupakan satu dari ratusan warga desa yang terserap menjadi tenaga kerja di Desa Wisata Jagara. Sebelum bekerja sebagai pengelola wisata, Lukman merupakan seorang perantau yang bekerja sebagai pelayan di salah restoran di Ibu kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, setelah 5 tahun bekerja, pada tahun 2021, karena COVID-19, Lukman terkena PHK, yang mengharuskan Lukman untuk pulang kembali ke kampung halaman di Desa Jagara, Kuningan. Lukman mengaku, setelah terkena PHK dan pulang ke Kuningan, ia menjadi pengangguran selama satu tahun lebih.
Selama itu pula, Lukman mengirimkan berbagai macam lamaran pekerjaan, namun, tak kunjung mendapatkan hasil. Lalu pada tahun 2023, ketika rencana desa wisata Jagara mulai dibuat, Lukman diajak untuk bekerja sebagai pengelola wisata di Waduk Darma.
"Awal masuk 2023. Sebelum kerja di sini, merantau di Jakarta kerja di restoran 5 tahun. Terus pulang karena kena dampak COVID-19 diberhentikan dulu terus di telpon katanya kena PHK. Sempat nganggur setahun, susah nyari kerja," tutur Lukman.
Lukman memaparkan, dibandingkan kerja di Jakarta, kerja sebagai pengelola wisata di desa sendiri lebih nyaman karena jaraknya yang dekat dengan rumah. Apalagi dibayar dengan upah sesuai dengan UMR Kuningan.
"Alhamdulillah kerja di sini, tidak terlalu banyak pengeluaran khususnya bensin. Makan tinggal di rumah. Dari segi upah juga UMR. Alhamdulillah cukup lah untuk sehari-hari mah. Kemarin juga sempat diajak lagi buah kerja di Jakarta cuman nggak mau enak di sini. Semoga bisa lebih maju lagi," tutur Lukman.
Senada dengan Lukman, salah satu pedagang adalah Marni (37), seorang penjual sosis di tepi Waduk Darma. Ia memaparkan, sebelum adanya Desa Wisata Jagara pendapatnya dari berjualan sosis tidak menentu. Namun, semenjak dibangun Desa Wisata, pendapatnya dari berjualan naik drastis.
"Semenjak ada desa wisata Jagara yah lumayan ramai. Sebelum ada wisata Jagara dulu sedikit. Baru sekarang setelah ada Jagara Eco Park rame. Kadang malah kalau liburan atau idul fitri di sini tuh sampai macet. Sehari bisa dapat Rp 300 ribu mah. Nggak kayak dulu, nggak menentu," tutur Marni.
Sebagai ibu rumah tangga, Marni bersyukur karena bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari berjualan di tepian Waduk Darma. Ke depan, Marni berharap semoga Jagara bisa lebih maju dan ramai.
"Alhamdulillah cukup. Disyukuri saja. Semoga saja makin ramai, ibu kan ibu rumah tangga juga. Dan bisanya cuman jualan," pungkas Marni.
Sementara itu, Direktur Bumdes Mekar Jaya Jagara Sofyan memaparkan, bahwa salah satu tujuan dari desa wisata adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hingga sekarang, lanjut Sofyan, ada sekitar 847 warga desa yang terserap bekerja di Desa Wisata Jagara. Dan 243 diantaranya bekerja sebagai pedagang atau UMKM yang tersebar di beberapa titik di sekitar Waduk Darma.
(sud/sud)










































