GOR Saparua jadi saksi bisu betapa meriahnya perhelatan musik bawah tanah di Kota Bandung. Berbagai event musik cadas banyak digelar di bangunan yang terletak di Jalan Banda, Kecamatan Bandung Wetan ini.
Sejumlah musisi hebat pun lahir dari pergerakan yang dibangun secara kolektif di GOR Saparua. Sebut saja Burgerkill, Puppen dan band cadas lainnya sempat mencicipi 'keagungan' dari GOR Saparua.
Lalu bagaimana awal mula Saparua jadi rumah bagi band cadas dan perhelatan musik bawah tanah di Kota Bandung?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iman Rahman Anggawiria Kusumah atau yang lebih akrab disapa Kimung adalah salah satu orang yang paham betul tentang awal mula Saparua jadi panggung bagi para musisi metal di Kota Bandung.
Mantan personel Burgerkill ini menceritakan, Saparua pada awalnya merupakan tempat yang dijadikan pusat event oleh pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1900-an.
"Sejarahnya panjang banget, dari 1900-an dia (Saparua) sudah dipakai tempat untuk bazar event tahunan yang digelar oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai tempat untuk memperdagangkan komoditas dari Hindia Belanda," kata Kimung saat berbincang dengan detikJabar.
![]() |
"Berbagai kongsi dagang dari seluruh dunia ikut serta di dalam event ini. Di bazar tersebut dipentaskan berbagai macam ekspresi kebudayaan, tarian segala macam ada lukisan juga ditampilkan di kawasan itu," ucap dia.
Menurut Kimung, fungsi tersebut berlanjut hingga beberapa dekade. Namun setelah itu, Saparua digunakan sebagai markas militer pada masa perang dunia kedua. Baru di tahun 1960-an, dibangunlah sebuah bangunan yang akhirnya Saparua dijadikan GOR (gelanggang olahraga).
"Jadi mulai ada perubahan fungsi dan setelah masa kemerdekaan di tahun 1960-an dibangun GOR sebagai sarana olahraga dan wahana yang menampung berbagai ekspresi kebudayaan termasuk musik," ujar Kimung.
Sejak saat itu, makin banyak event yang dipentaskan di GOR Saparua, termasuk acara-acara musik bawah tanah. Dimulai dari tahun 1970, musik bawah tanah sering mentas di Saparua.
"Ya di zamannya mulai muncul musik rock di tahun 70-an, banyak musik cadas yang tampil di Saparua," ujar Kimung.
Kimung mengatakan banyak band cadas ternama yang lahir dari GOR Saparua. "Di antaranya ialah Giant Step, HarryRoesli, ya band awal lah, pasti pernah manggung di Saparua. Band 90-an yang lahir dari ranah musik bawah tanah ya Burgerkill, Jasad, Pas Band, Pure Saturday, hampir semua hasrat musik independen, metal hardrock pop,hiphop, elektronik itu semua ada di Saparua," tutur dia.
Keberadaan GOR Saparua menurut Kimung telah melengkapi ekosistem musik independen di Kota Bandung yang kemudian melahirkan kultur festival musik di dalamnya. Di GOR Saparua lah Bandung akhirnya dikenal sebagai kota kreatif.
"Bandung jadi kota kreatif dan ruang pertemuan paling pertama di awal 90-an sampai 2000-an ya GOR Saparua. Semua saling bertemu, transfer informasi, berjejaring membangun segalanya untuk memberikan kontribusi (bagi) Kota Bandung sampai hari ini," kata Kimung.
Kini, GOR Saparua tidak lagi seperti dulu. Jarang bahkan hampir tak pernah ada band-band cadas yang tampil di GOR Saparua. Saparua saat ini difungsikan seperti GOR pada umumnya.
Menurut Kimung, hal tersebut wajar jika melihat kondisi dari tempat bersejarah itu. Saparua saat ini tidak akan mampu menampung antusiasnya para pecinta musik cadas jika event digelar disana.
"Memang tertutup untuk musik karena kondisinya tidak memungkinkan, terakhir manggung di situ tahun 2008 saya masuk ke dalam ada musik pop dan elektronik, metal kenceng di luar. Itu sudah getar gedungnya, sudah tidak layak untuk kemasan musik yang proper," ucapnya.
"Apalagi Saparua gedung bersejarah dan harus memberikan effort agar difungsikan secara proper agar lestari. Jadi memang secara kondisi sudah tidak mungkin lagi jadi tempat konser karena sudah tua juga," tutur Kimung menegaskan.