50 Hektare Sawah di Sukabumi Terancam Gagal Panen gegara Irigasi Jebol

50 Hektare Sawah di Sukabumi Terancam Gagal Panen gegara Irigasi Jebol

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 02 Des 2025 13:40 WIB
Warga saat gotong royong perbaiki saluran irigasi yang jebol berimbas pada kebutuhan air untuk lahan pertanian
Warga saat gotong royong perbaiki saluran irigasi yang jebol berimbas pada kebutuhan air untuk lahan pertanian (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Puluhan hektare sawah di Desa Sasagaran, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, terancam gagal panen. Ancaman itu muncul setelah saluran Irigasi Onit di Kampung Selajambu jebol usai dihantam banjir bandang Sungai Cidadap dalam lima hari terakhir akibat cuaca ekstrem.

Kepala Desa Sasagaran, Deni Suwandi mengatakan, jebolnya saluran irigasi membuat aliran air ke area persawahan terputus total. Kondisi itu memukul para petani yang tengah memasuki masa penting dalam proses produksi padi.

"Dampaknya besar sekali. Dari sekitar 50 hektare sawah yang tidak teraliri air, sedikitnya 15 hektare sudah gagal panen. Kalau tidak cepat diperbaiki, potensi gagal panen bisa meluas ke seluruh 50 hektare," kata Deni kepada detikJabar, Selasa (2/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Deni menyebutkan, panjang irigasi yang jebol sekitar 15 meter. Kerusakan terjadi pada jalur air menuju sejumlah dusun, seperti Kedusunan Sasagaran, Cikaret, hingga Cikawung.

"Air banjir dari arah kota meluap ke Sungai Cidadap dan langsung menghantam saluran irigasi. Semua jebol," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Kerugian petani ditaksir mencapai ratusan juta Rupiah. Bahkan angkanya bisa menembus Rp1 miliar jika seluruh lahan terdampak gagal panen.

Tak hanya pertanian, kolam-kolam ikan warga juga ikut terdampak karena air menyusut drastis. Ratusan ikan mati akibat suplai air terhenti.

Sebagai langkah cepat, pemerintah desa dan warga melakukan penanganan darurat dengan gotong royong. "Kami tanggap bencana. Masyarakat bersama pemerintah desa membuat tanggul sementara secara mandiri," kata Deni.

Pihak desa sudah mengajukan bantuan bronjong ke dinas terkait, namun hingga kini belum ada bantuan masuk. "Sementara kami menggunakan bronjong seadanya. Desa menyediakan 20 bronjong, dan kami sedang mencari batu untuk mengisinya," tambahnya.

Ia menilai perbaikan permanen harus segera dilakukan oleh pemerintah daerah maupun instansi terkait seperti BPBD dan Dinas Pertanian. Jika tidak, dampak gagal panen bisa makin luas dan mengancam ketahanan pangan warga.

Salah satu petani, Kosasih (62), juga menyampaikan keresahannya. Para petani mulai gelisah karena sebagian sudah memasuki masa panen.

"Kalau hujan nggak turun, ya lahan kering. Warga sudah sangat terganggu," katanya.

Sektor perikanan juga ikut terpukul. Kolam ikan mengering dan menyebabkan ratusan ekor ikan mati. "Dari kolam Yayasan La Jam saja sudah ada sekitar 100 ekor patin siap panen yang mati," ucap Kosasih.

Warga bersama pemerintah desa kini membuat penahan air darurat secara swadaya. "Kami gotong royong, dipimpin Pak Kades. Tapi ini hanya sementara, pakai bambu dan apa saja yang ada," ujarnya.

Pemerintah Desa Kebonpedes telah menyalurkan bronjong tambahan untuk memperkuat tanggul yang jebol. "Kami isi karung dan batu supaya air bisa kembali mengalir ke sawah," jelas Kosasih.

Dia berharap pemerintah kabupaten segera turun tangan dan meninjau langsung ke lokasi. "Ini jebolnya besar sekali. Kami minta pemerintah kabupaten lihat langsung, jangan hanya terima laporan di meja," tegasnya.

Menurut Kosasih, kerusakan irigasi jelas bertolak belakang dengan komitmen penguatan ketahanan pangan nasional. "Air itu nyawa petani. Kalau irigasi rusak dibiarkan, bagaimana mau jaga ketahanan pangan?," tukasnya.

"Harapan warga Desa Sasagaran sekarang tertuju pada percepatan penanganan agar kerusakan irigasi ini tidak menimbulkan krisis lebih panjang," tutupnya.

Halaman 4 dari 3


Simak Video "Video: Detik-detik Asrama Pesantren di Bireuen Aceh Ambruk Akibat Longsor"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads