Deru Sungai Cidadap kini terdengar seperti amarah yang tak berhenti. Airnya keruh kecokelatan, menghantam dinding tanah di tepi Kampung Sawah Tengah, Kawungluwuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan.
Tanah terus longsor, masjid sudah separuh amblas, dan kini warga mulai mengungsi.
Abdul Manan (33), warga setempat, menyebut sudah ada beberapa keluarga yang memilih pergi ke tempat aman karena takut rumah mereka ikut terbawa arus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah ada lima rumah salah satunya keluarga saya, mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, menjauh dari lokasi ini," kata Manan, Rabu (12/11/2025).
Menurutnya, suasana paling menegangkan terjadi pada malam hari. Suara deras arus sungai berpadu dengan dentuman tebing yang runtuh.
"Warga waswas, sering mendengar suara ambruk tebing, setiap mendengar itu warga panik semua, semua panik. Akhirnya mereka milih pergi, sebagian warga sudah mengosongkan rumah. Sungai Cidadap terus mendesak ke permukiman," ujarnya.
Suara tebing yang ambruk terdengar seperti dentuman keras, berat, diikuti getaran halus di tanah. Dalam gelap malam, suara itu terasa dekat, membuat warga spontan keluar rumah. Beberapa membawa anak-anak, sebagian menenteng pakaian seadanya, menjauh dari tepi sungai yang terus bergerak mendekat.
Saat detikJabar berada di lokasi, momen tebing sungai ambrol kembali terjadi. Suaranya berat dan dalam, seperti bunyi dinding besar yang retak lalu runtuh. Getarannya terasa di tanah, cukup untuk membuat warga sekitar spontan berlari menjauh. Arus sungai terus bergerak menggerus lahan permukiman warga.
Manan mengaku menyaksikan langsung saat mushala di pinggir sungai akhirnya ambruk diterjang arus.
"Saat musala itu kan pada Senin malam sudah mau habis, nah malam tadi jam 23.00 WIB, ambruk itu di depan saya," katanya.
Sebelumnya, warga bernama Jidin juga melaporkan kondisi darurat di lokasi yang sama. Dalam video yang sempat viral, ia memohon agar situasi di kampungnya disebarkan lebih luas.
"Assalamuallaikum, Kampung Sawah Tengah, Kedusunan Kaung Luwuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan. Sudah dua hari terkena musibah, air Sungai Cibadak, masjid juga sudah habis setengah, warga terancam karena sungai mendesak ke daratan, dari asal 100 meter dari permukiman ini tinggal 5 meter lagi ke kawasan permukiman," ucap Jidin dalam rekamannya.
Ia juga mengaku sudah berulang kali melapor ke pemerintah desa dan kecamatan, namun belum mendapat respons.
"Kepada pemerintah setempat, ke kades dan camat tolong pak kades pak camat dari kemarin laporan enggak ada respons juga. Tolong di share," ujar Jidin.
Hingga saat ini, air Sungai Cidadap masih tinggi dan terus menggerus tepi permukiman. Warga memilih berjaga di rumah masing-masing atau mengungsi ke dataran lebih tinggi, mereka juga mengosongkan barang-barang di dalam rumah. Tidak ada bronjong, tidak ada tanggul pengaman hanya doa dan rasa cemas yang menjaga malam di Kawungluwuk.
(sya/sud)










































