Sosok Pahlawan Muslim Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional yang perang melawan penjajah Belanda di tanah Jawa. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas, berani dan religius. Dalam buku Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 karya Peter Carey, Pangeran Diponegoro pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo, asuhan Kiai Hasan Besari. Kedalaman ilmu agama yang dimilikinya membentuk pribadi Diponegoro sebagai Muslim sejati yang memegang teguh ajaran Islam. (Foto: dok. istimewa)

Dalam memimpin perlawanan, Pangeran Diponegoro menjadikan jihad sebagai landasan moral untuk melawan penindasan dan ketidakadilan penjajah Belanda. Potretnya pun pernah diabadikan oleh pemerintah RI di beberapa pecahan uang rupiah. (Foto: dok. istimewa)

Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita muslim yang berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien perang melawan penjajah saat Belanda menyerang Aceh dengan membakar Masjid Raya Baiturrahman pada 1873. (Foto: Wikipedia)

Dalam Skripsi berjudul Perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perspektif Dakwah oleh Elfira Asnah, perjuangan Cut Nyak Dien tidak hanya sebatas peperangan melawan penjajah, tetapi juga mengandung nilai dakwah Islam. Semangat jihad fisabilillah menjadi dasar perjuangannya di medan tempur. Baginya, melawan penjajah Belanda bukan sekadar membela Tanah Air, tetapi juga bagian dari menjaga kehormatan agama Islam. (Foto: Wikipedia)

Teuku Umar adalah suami dari Cut Nyak Dien. Ia perang melawan Belanda saat usianya masih 19 tahun. Setelah menikah dengan Cut Nyak Dien pada 1880, perjuangan rakyat Aceh semakin berkobar. Pasangan ini menjadi simbol perlawanan yang menakutkan bagi Belanda. (Foto: KITLV Leiden Belanda)

KH Ahmad Dahlan adalah pahlawan nasional pendiri Muhammadiyah. Ia berjasa besar dalam dakwah Islam dan pembaruan pendidikan di Indonesia. (Foto: Dok. situs muhammadiyah.or.id)

Rizem Aizid dalam buku Biografi Ulama Nusantara mengatakan, KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai tokoh yang berpikiran maju dan terbuka. Setelah kembali dari Makkah, ia membawa sejumlah gagasan baru, salah satunya tentang pentingnya memadukan ilmu agama dengan pengetahuan umum dalam pendidikan Islam. (Foto: dok. situs muhammadiyah.or.id)

Agus Salim merupakan pahlawan nasional yang dikenal sebagai diplomat ulung Indonesia. Ia disegani di kancah internasional karena kecerdasan dalam melakukan diplomasi. (Foto: Repro: Seratus Tahun Agus Salim)

Karena kiprahnya tersebut, Agus Salim mendapat julukan The Grand Old Man. Ia juga dikenal sebagai bapak intelektual muslim Indonesia karena mampu menjembatani nilai-nilai Islam dengan tantangan modernitas. (Foto: Repro: Seratus Tahun Agus Salim)

Sosok pahlawan muslim lainnya adalah KH Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim merupakan ulama asal Jombang pendiri Nahdlatul Ulama yang dimintai nasihat oleh Soekarno tentang kemerdekaan Indonesia. (Foto: Edi Wahyono/detikcom)

Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional yang perang melawan penjajah Belanda di tanah Jawa. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas, berani dan religius. Dalam buku Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855 karya Peter Carey, Pangeran Diponegoro pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo, asuhan Kiai Hasan Besari. Kedalaman ilmu agama yang dimilikinya membentuk pribadi Diponegoro sebagai Muslim sejati yang memegang teguh ajaran Islam. (Foto: dok. istimewa)
Dalam memimpin perlawanan, Pangeran Diponegoro menjadikan jihad sebagai landasan moral untuk melawan penindasan dan ketidakadilan penjajah Belanda. Potretnya pun pernah diabadikan oleh pemerintah RI di beberapa pecahan uang rupiah. (Foto: dok. istimewa)
Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita muslim yang berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien perang melawan penjajah saat Belanda menyerang Aceh dengan membakar Masjid Raya Baiturrahman pada 1873. (Foto: Wikipedia)
Dalam Skripsi berjudul Perjuangan Cut Nyak Dien dalam Perspektif Dakwah oleh Elfira Asnah, perjuangan Cut Nyak Dien tidak hanya sebatas peperangan melawan penjajah, tetapi juga mengandung nilai dakwah Islam. Semangat jihad fisabilillah menjadi dasar perjuangannya di medan tempur. Baginya, melawan penjajah Belanda bukan sekadar membela Tanah Air, tetapi juga bagian dari menjaga kehormatan agama Islam. (Foto: Wikipedia)
Teuku Umar adalah suami dari Cut Nyak Dien. Ia perang melawan Belanda saat usianya masih 19 tahun. Setelah menikah dengan Cut Nyak Dien pada 1880, perjuangan rakyat Aceh semakin berkobar. Pasangan ini menjadi simbol perlawanan yang menakutkan bagi Belanda. (Foto: KITLV Leiden Belanda)
KH Ahmad Dahlan adalah pahlawan nasional pendiri Muhammadiyah. Ia berjasa besar dalam dakwah Islam dan pembaruan pendidikan di Indonesia. (Foto: Dok. situs muhammadiyah.or.id)
Rizem Aizid dalam buku Biografi Ulama Nusantara mengatakan, KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai tokoh yang berpikiran maju dan terbuka. Setelah kembali dari Makkah, ia membawa sejumlah gagasan baru, salah satunya tentang pentingnya memadukan ilmu agama dengan pengetahuan umum dalam pendidikan Islam. (Foto: dok. situs muhammadiyah.or.id)
Agus Salim merupakan pahlawan nasional yang dikenal sebagai diplomat ulung Indonesia. Ia disegani di kancah internasional karena kecerdasan dalam melakukan diplomasi. (Foto: Repro: Seratus Tahun Agus Salim)
Karena kiprahnya tersebut, Agus Salim mendapat julukan The Grand Old Man. Ia juga dikenal sebagai bapak intelektual muslim Indonesia karena mampu menjembatani nilai-nilai Islam dengan tantangan modernitas. (Foto: Repro: Seratus Tahun Agus Salim)
Sosok pahlawan muslim lainnya adalah KH Hasyim Asyari. Mbah Hasyim merupakan ulama asal Jombang pendiri Nahdlatul Ulama yang dimintai nasihat oleh Soekarno tentang kemerdekaan Indonesia. (Foto: Edi Wahyono/detikcom)