Potensi Perbedaan Hari Raya Idul Fitri 1444 H

Petugas melakukan pekerjaan dekorasi menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1444 H, di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2023).
Potensi perbedaan untuk penetapan Lebaran 2023 ini diungkap oleh Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin dalam kegiatan Media Lounge Discussion pada beberapa waktu lalu. Menurutnya, perbedaan tersebut disebabkan dari adanya perbedaan penetapan kriteria awal bulan.
Thomas menjelaskan, pada saat 29 Ramadan 1444 H atau 20 April 2023 waktu Maghrib, posisi bulan sudah memenuhi krtiteria wujudul hilal. Sementara, posisi tersebut masih belum memenuhi kriteria baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang digunakan pemerintah yakni, tinggi hilal minimal 3 derajat, sudut elongasi 6,4 derajat, umur bulan 8 jam, dan memenuhi kriteria wujudul hilal.
Dengan kata lain, awal bulan Syawal 1444 H atau Lebaran 2023 jatuh pada 21 April 2023 bila merujuk pada kriteria wujudul hilal. Di sisi lain, Lebaran 2023 jatuh pada 22 April 2023 bila merujuk pada kriteria baru MABIMS.
 
Lebih lanjut, Thomas menyatakan, penyebab utama perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang disebabkan karena belum ada kesepakatan terkait kriteria awal Hijriah.
Sebagai informasi, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijah 1444 Hijriah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Melalui keterangan persnya, Muhammadiyah mengumumkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat, 21 April 2023.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada 20 April 2023 yang bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1444 H. Biasanya, hasil sidang isbat penentuan awal bulan didasarkan dari data hisab yang juga merujuk pada hasil rukyatul hilal pada sejumlah lokasi di seluruh wilayah Indonesia.
Petugas melakukan pekerjaan dekorasi menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1444 H, di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (12/4/2023).
Potensi perbedaan untuk penetapan Lebaran 2023 ini diungkap oleh Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dari Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin dalam kegiatan Media Lounge Discussion pada beberapa waktu lalu. Menurutnya, perbedaan tersebut disebabkan dari adanya perbedaan penetapan kriteria awal bulan.
Thomas menjelaskan, pada saat 29 Ramadan 1444 H atau 20 April 2023 waktu Maghrib, posisi bulan sudah memenuhi krtiteria wujudul hilal. Sementara, posisi tersebut masih belum memenuhi kriteria baru Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang digunakan pemerintah yakni, tinggi hilal minimal 3 derajat, sudut elongasi 6,4 derajat, umur bulan 8 jam, dan memenuhi kriteria wujudul hilal.
Dengan kata lain, awal bulan Syawal 1444 H atau Lebaran 2023 jatuh pada 21 April 2023 bila merujuk pada kriteria wujudul hilal. Di sisi lain, Lebaran 2023 jatuh pada 22 April 2023 bila merujuk pada kriteria baru MABIMS. 
Lebih lanjut, Thomas menyatakan, penyebab utama perbedaan penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang terus berulang disebabkan karena belum ada kesepakatan terkait kriteria awal Hijriah.
Sebagai informasi, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijah 1444 Hijriah berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Melalui keterangan persnya, Muhammadiyah mengumumkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat, 21 April 2023.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) baru akan menggelar sidang isbat pada 20 April 2023 yang bertepatan dengan tanggal 29 Ramadan 1444 H. Biasanya, hasil sidang isbat penentuan awal bulan didasarkan dari data hisab yang juga merujuk pada hasil rukyatul hilal pada sejumlah lokasi di seluruh wilayah Indonesia.