9 Mushaf Al-Qur'an Fenomenal di Pameran Kemenag

Mushaf tertua di dunia ini merupakan replika dari mushaf Tashkent. Muhaf Tashkent sendiri sering disebut juga mushaf Utsman bin Affan, karena diyakini sebagai salah satu mushaf yang dikirim khalifah Utsman ke sejumlah negeri Islam pada kala itu. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

Mushaf ini seakan kuno jika dari penampilannya saja, lantaran ditulis di atas kertas samson coklat dengan spidol dan bagian pinggir naskahnya dibiarkan tidak rapi. Tetapi bila dilihat dari tulisannya sebenarnya adalah tulisan baru. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

Mushaf terkecil disebut pula Al-Qur’an “Stambul”, karena dahulunya dicetak di Istanbul, Turki. Ukurannya 3 x 4 cm, 2 x 3 cm, dan 1,5 x 2,5 cm. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

Menjadi mushaf Al-Qur’an paling banyak dicetak di Indonesia. Pertama kali ditulis oleh kaligrafer Ustaz Muhammad Syadzali Sa’ad di tahun 1973-1975. Pada tahun 1984, Menteri Agama memutuskan agar mushaf ini menjadi “Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia”. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

 Mushaf Braille diperuntukkan bagi komunitas tunanetra muslim agar bisa belajar dan membaca Al-Qur’an dengan mudah. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

 Al-Qur’an Isyarat bagi teman tuli ini terdiri dari dua metode; Kitabah dan Tilawah. Metode Kitabah merupakan sistem isyarat berdasarkan tulisan. Sementara metode Tilawah dengan mengeja per huruf serta harakat dan tanda bacanya melalui isyarat gerakan jari dan tangan yang sesuai dengan cara melafalkannya, mengikuti hukum yang memungkinkan untuk diisyaratkan. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

Mushaf terindah atau mushaf istiqlal ini ditulis dalam rangka memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia. Hiasan yang mengelilingi lembaran mushafnya diambil dari khazanah ragam hias di berbagai daerah nusantara, dari Aceh hingga Papua. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom

Mushaf tertua di dunia ini merupakan replika dari mushaf Tashkent. Muhaf Tashkent sendiri sering disebut juga mushaf Utsman bin Affan, karena diyakini sebagai salah satu mushaf yang dikirim khalifah Utsman ke sejumlah negeri Islam pada kala itu. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
Mushaf ini seakan kuno jika dari penampilannya saja, lantaran ditulis di atas kertas samson coklat dengan spidol dan bagian pinggir naskahnya dibiarkan tidak rapi. Tetapi bila dilihat dari tulisannya sebenarnya adalah tulisan baru. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
Mushaf terkecil disebut pula Al-Qur’an “Stambul”, karena dahulunya dicetak di Istanbul, Turki. Ukurannya 3 x 4 cm, 2 x 3 cm, dan 1,5 x 2,5 cm. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
Menjadi mushaf Al-Qur’an paling banyak dicetak di Indonesia. Pertama kali ditulis oleh kaligrafer Ustaz Muhammad Syadzali Sa’ad di tahun 1973-1975. Pada tahun 1984, Menteri Agama memutuskan agar mushaf ini menjadi “Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia”. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
 Mushaf Braille diperuntukkan bagi komunitas tunanetra muslim agar bisa belajar dan membaca Al-Qur’an dengan mudah. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
 Al-Qur’an Isyarat bagi teman tuli ini terdiri dari dua metode; Kitabah dan Tilawah. Metode Kitabah merupakan sistem isyarat berdasarkan tulisan. Sementara metode Tilawah dengan mengeja per huruf serta harakat dan tanda bacanya melalui isyarat gerakan jari dan tangan yang sesuai dengan cara melafalkannya, mengikuti hukum yang memungkinkan untuk diisyaratkan. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom
Mushaf terindah atau mushaf istiqlal ini ditulis dalam rangka memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia. Hiasan yang mengelilingi lembaran mushafnya diambil dari khazanah ragam hias di berbagai daerah nusantara, dari Aceh hingga Papua. Foto: Azkia Nurfajrina/detikcom